Kredit Bank Indonesia Tumbuh 9,16 Persen, Tembus Rp7.908 Triliun!
Pertumbuhan kredit perbankan mencapai Rp7.908,42 triliun pada Maret 2025, didorong oleh kredit investasi dan korporasi, serta peran aktif perbankan dalam mendukung stabilitas ekonomi nasional.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan pertumbuhan kredit perbankan yang signifikan hingga Maret 2025. Kinerja intermediasi perbankan tercatat stabil dengan profil risiko terjaga. Pertumbuhan kredit mencapai angka 9,16 persen secara tahunan (yoy), mencapai total Rp7.908,42 triliun. Hal ini menunjukkan kinerja sektor perbankan yang positif dan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan ini didorong berbagai faktor, termasuk pertumbuhan kredit investasi yang mencapai 13,36 persen yoy dan kredit konsumsi sebesar 9,32 persen yoy. Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi pendorong utama, dengan pertumbuhan kredit mencapai 9,54 persen yoy. Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan pelaku usaha dan masyarakat terhadap sektor perbankan Indonesia.
Selain itu, kontribusi sektor perbankan terhadap perekonomian nasional juga terlihat dari kepemilikan instrumen keuangan yang mendukung penguatan kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini menunjukkan peran aktif perbankan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat fondasi pembiayaan negara. Pertumbuhan yang signifikan ini berada dalam rentang target yang ditetapkan, yaitu 9-11 persen.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor dan Jenis
Pertumbuhan kredit investasi yang tinggi, mencapai 13,36 persen yoy, menunjukkan optimisme pelaku usaha terhadap prospek ekonomi Indonesia. Kredit konsumsi juga tumbuh positif, sebesar 9,32 persen yoy, menandakan peningkatan daya beli masyarakat. Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh 6,51 persen yoy, mendukung aktivitas produksi dan operasional bisnis.
Dari sisi kepemilikan bank, bank BUMN menjadi penggerak utama pertumbuhan kredit. Hal ini menunjukkan peran penting BUMN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor perbankan. Sementara itu, kredit korporasi tumbuh signifikan sebesar 13,52 persen yoy, menunjukkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.
Meskipun kredit UMKM tumbuh lebih rendah, yaitu 1,91 persen yoy, kredit usaha kecil menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi, sebesar 8,65 persen yoy. Hal ini menunjukkan fokus perbankan dalam pemulihan kualitas kredit UMKM. Kantor perwakilan bank luar negeri (KPBLN) juga berkontribusi signifikan, dengan pertumbuhan offshore loan sebesar 44,65 persen yoy, mencapai Rp327,67 triliun.
Peran Perbankan dalam Stabilitas Makroekonomi
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menekankan peran aktif perbankan dalam mendukung stabilitas makroekonomi. Per Maret 2025, perbankan memegang 18 persen Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp1.121,88 triliun dan 59,05 persen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) senilai Rp526,17 triliun. "Hal ini mencerminkan peran aktif perbankan dalam mendukung stabilitas makroekonomi dan memperkuat fondasi pembiayaan negara," ujar Dian.
OJK menyatakan bahwa pertumbuhan kredit masih berada dalam target yang ditetapkan, yaitu 9-11 persen. Tidak ada penyesuaian signifikan pada target pertumbuhan kredit tahun 2025, meskipun OJK akan terus berkoordinasi dengan industri perbankan jika diperlukan penyesuaian. Hal ini menunjukkan kesiapan OJK dalam menghadapi dinamika ekonomi global.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), pertumbuhannya mencapai 4,75 persen yoy menjadi Rp9.010 triliun. Giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 4,01 persen yoy, 7,74 persen yoy, dan 4,75 persen yoy. Likuiditas industri perbankan tetap memadai, dengan rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 116,05 persen dan 26,22 persen, di atas ambang batas.
Kualitas Kredit dan Ketahanan Perbankan
Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,71 persen dan NPL net sebesar 0,80 persen. Loan at risk (LAR) juga relatif stabil, sebesar 9,86 persen. Ketahanan perbankan tetap kuat, dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,43 persen, menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat.
Meskipun porsi kredit buy now pay later (BNPL) masih kecil, yaitu 0,29 persen, pertumbuhannya tinggi secara tahunan. Pada Maret 2025, baki debet kredit BNPL tumbuh 32,18 persen yoy menjadi Rp22,78 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,56 juta. OJK juga aktif dalam pemberantasan judi online, telah memblokir lebih dari 14.117 rekening yang terkait dengan aktivitas tersebut.
Secara keseluruhan, kinerja sektor perbankan Indonesia menunjukkan tren positif dan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Pertumbuhan kredit yang stabil, likuiditas yang memadai, dan kualitas kredit yang terjaga menunjukkan ketahanan sektor perbankan dalam menghadapi tantangan global. OJK akan terus memantau dan berkoordinasi dengan industri perbankan untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.