2,29 Persen Takjil di Indonesia Tak Layak Konsumsi, BPOM Temukan Formalin dan Boraks
BPOM menemukan 2,29 persen dari 1.221 sampel takjil tidak memenuhi syarat, dengan kandungan berbahaya seperti formalin dan boraks, terutama di beberapa wilayah di Indonesia.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan hasil pengawasan takjil menjelang Ramadhan 2025. Dari 1.221 sampel yang diuji hingga 5 Maret 2025, sebanyak 28 sampel atau 2,29 persen dinyatakan tidak memenuhi syarat. Pengawasan dilakukan di 127 lokasi di 76 UPT BPOM seluruh Indonesia, melibatkan 592 pedagang. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran akan keamanan pangan bagi masyarakat selama bulan Ramadhan.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa intensifikasi pengawasan telah dimulai sejak 24 Februari dan akan berlangsung hingga 26 Maret 2025. Pengawasan tak hanya mencakup takjil, tetapi juga produk pangan kemasan di berbagai retail untuk memastikan keamanan dan mencegah peredaran produk ilegal atau kadaluarsa. BPOM berkomitmen untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan memastikan keamanan pangan yang dikonsumsi.
Hasil pengujian menunjukkan beberapa temuan yang mengkhawatirkan. Bahan berbahaya seperti formalin ditemukan pada 42,86 persen sampel tahu dan mie basah di Tangerang, Palembang, dan Jakarta Timur. Boraks ditemukan pada 35,71 persen sampel kerupuk dan mie di Lombok Tengah dan Manggarai Barat. Sementara itu, rodamin B, pewarna tekstil berbahaya yang dapat menyebabkan kanker, ditemukan pada 21,43 persen sampel kerupuk merah dan bubur pacar cina di Rejang Lebong dan Payakumbuh.
Bahan Berbahaya dalam Takjil
Temuan formalin, boraks, dan rodamin B dalam takjil menimbulkan kekhawatiran serius. Formalin, yang biasa digunakan untuk mengawetkan mayat, dapat menyebabkan iritasi kulit dan saluran pernapasan, bahkan kanker jika dikonsumsi. Boraks, meskipun digunakan sebagai pengawet makanan, dapat menyebabkan gangguan pencernaan, muntah, dan diare. Rodamin B, sebagai pewarna tekstil, sangat berbahaya jika tertelan dan dapat menyebabkan kanker.
BPOM telah melakukan pengujian secara menyeluruh untuk memastikan keamanan pangan. Metode pengujian yang digunakan meliputi pengambilan sampel secara acak dan metode intelijen dengan pembelian sampel tanpa atribut BPOM. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang keamanan pangan yang beredar di pasaran.
Kepala BPOM menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam memilih makanan. Untuk makanan segar, perhatikan warna, bau, dan kemasan. Sedangkan untuk makanan kemasan, pastikan terdapat izin edar, label yang jelas, dan tanggal kadaluarsa yang masih berlaku. Konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Pengawasan BPOM dan Himbauan kepada Masyarakat
BPOM telah melakukan pengawasan intensif di pasar-pasar besar di Jakarta, seperti Pasar Rawamangun dan Pasar Bendungan Hilir. Selain itu, BPOM juga melakukan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan pangan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya.
Pengawasan BPOM meliputi pemeriksaan izin edar, kemasan, dan tanggal kadaluarsa produk pangan kemasan di retail. Produk tanpa izin edar atau kadaluarsa dianggap ilegal dan berbahaya karena berpotensi mengandung bakteri dan zat berbahaya lainnya. BPOM berkomitmen untuk terus melakukan pengawasan dan edukasi guna memastikan keamanan pangan bagi masyarakat.
Masyarakat dihimbau untuk teliti dalam memilih takjil dan makanan yang dikonsumsi. Perhatikan kualitas dan keamanan produk sebelum membelinya. Laporkan kepada BPOM jika menemukan produk pangan yang mencurigakan atau tidak memenuhi syarat. Kerjasama antara BPOM dan masyarakat sangat penting untuk menjaga keamanan pangan di Indonesia.
Kesimpulannya, temuan BPOM ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu waspada dan teliti dalam memilih makanan yang dikonsumsi, terutama selama bulan Ramadhan. Keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama, dan kerjasama antara BPOM dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan pangan yang aman dan sehat.