Agen Elpiji Minta Petugas Perhatikan Stok dan Cari Solusi Kelangkaan
Seorang agen elpiji di Jakarta Timur mengeluhkan kurangnya solusi dari petugas terkait kelangkaan elpiji 3 kg, meminta pengawasan yang lebih efektif dan penindakan terhadap praktik penyalahgunaan distribusi.
Seorang agen elpiji 3 kg di Klender, Jakarta Timur, mengeluhkan kurangnya tindak lanjut dari petugas kecamatan terkait kelangkaan gas melon. Petugas, menurutnya, hanya melakukan pengecekan stok tanpa memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Muhammad Luthfi (55), pemilik agen tersebut, mengungkapkan keprihatinannya. Ia mengatakan bahwa petugas kecamatan hanya melakukan pengecekan stok bulanan tanpa solusi konkret. "Orang kecamatan memang sebulan sekali turun ke lapangan, tapi gitu doang, cek-cek stok doang, udah gitu enggak ada tindak lanjutnya," ujarnya saat ditemui Selasa lalu.
Luthfi mendesak agar petugas kecamatan melakukan pendataan stok yang akurat di setiap pangkalan dan agen. Ia menekankan pentingnya mencari solusi mengatasi keresahan masyarakat akibat kelangkaan. "Kalau bisa dari kecamatan benar-benar memantau jangan cuman ABS (asal bapak senang) aja. Bikin laporan data yang benar, terus langsung cari solusi bagaimana baiknya," tegas Luthfi.
Dugaan Permainan dan Pembatasan Stok
Luthfi mencurigai adanya permainan di balik kelangkaan elpiji 3 kg. Ia mengaku pasokan dari agen pusat di Buaran dibatasi sejak awal Februari. "Kemarin itu kita juga dikurangi jatahnya. Dari agen pusatnya saya yang di Buaran, beli dulu. Iya dibatasin, dikurang-kurangin. Kadang-kadang kemarin dikasih 40 tabung, biasanya bisa sampai 70 tabung," jelasnya.
Harga elpiji 3 kg dari agen pusat juga naik sedikit, dari Rp15.000 menjadi Rp15.400. Meskipun kenaikannya kecil, hal ini tetap berpengaruh pada keuntungan yang diterima Luthfi. Ia menjual gas melon tersebut ke warung-warung dengan harga Rp17.500 hingga Rp20.000 per tabung, tergantung kondisi pasar.
Dampak Kelangkaan dan Bisnis Lain
Meskipun juga menjual barang lain seperti air mineral dan sembako, Luthfi mengakui elpiji 3 kg menjadi komoditi utama karena permintaan tinggi dan perputaran uangnya cepat. "Elpiji 3 kg ini kan ramai pembeli, perputarannya juga lebih cepat meskipun untungnya Rp1.000-1.500 atau kadang Rp600 perak jadi lebih cepat, banyak peminat," tuturnya.
Sementara itu, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa penyalahgunaan distribusi elpiji 3 kg bersubsidi oleh oknum pengecer telah menjadi temuan BPK sejak 2023. Kebijakan larangan penjualan di tingkat pengecer, menurutnya, telah dikaji secara mendalam dan merupakan respons atas temuan tersebut.
Bahlil mengakui bahwa pemerintah bertanggung jawab atas dampak dari kebijakan larangan tersebut. "Semuanya adalah kebijakan yang sudah kita kaji secara mendalam, jadi ini sebenarnya barang sudah dari 2023 dengan hasil ada audit dari BPK, bahwa ada penyalahgunaannya dari oknum-oknum pengecer," kata Bahlil.
Kesimpulannya, kelangkaan elpiji 3 kg di Jakarta Timur menimbulkan keresahan masyarakat dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Pentingnya pengawasan distribusi dan solusi konkret menjadi fokus utama untuk mengatasi permasalahan ini.