Anyaman Rotan Long Beliu: Jaga Hutan, Lestarikan Budaya Kalimantan Timur
Pemanfaatan dana kompensasi karbon mendorong pengembangan anyaman rotan Long Beliu, Kalimantan Timur, sebagai upaya pelestarian hutan dan budaya lokal, meningkatkan perekonomian warga dan menghasilkan kerajinan berkualitas internasional.
Kampung Long Beliu, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, akhir-akhir ini menjadi sorotan. Bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena keterampilan warganya dalam menganyam rotan. 40 perempuan di kampung ini telah sukses menjadikan anyaman rotan sebagai sumber penghasilan dan kebanggaan daerah. Keberhasilan ini semakin diperkuat dengan peresmian Kampung Long Beliu sebagai Kampung Wisata pada minggu kedua Februari, yang menampilkan beragam produk anyaman rotan berkualitas tinggi.
Kerajinan Rotan Long Beliu: Kualitas Internasional
Berbagai produk anyaman rotan dipamerkan, mulai dari wadah serbaguna, wadah buah, tempat tisu, hingga piring hiasan dinding. Katalog yang tersedia memberikan informasi detail mengenai setiap produk, termasuk harga. Salah satu produk unggulan adalah wadah kecil yang digunakan untuk menyimpan kweni atau beras, yang sering dijadikan hadiah untuk keluarga yang baru mendapatkan anak. Uniknya, ransel tradisional Kalimantan Timur, atau yang dikenal sebagai anjat, juga turut dipamerkan.
"Anyaman para perajin Kampung Long Beliu ini kualitas internasional," puji Muhammad Hendratno, Asisten I Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Berau. Ia menekankan pentingnya pengembangan keterampilan ini untuk generasi selanjutnya agar tradisi anyam rotan tetap lestari.
Keberhasilan ini tak lepas dari kekayaan alam Berau yang melimpah akan rotan. Keterampilan menganyam rotan telah menjadi bagian integral dari budaya lokal, dan kini semakin terangkat berkat inovasi dan pemasaran yang tepat.
Dana Kompensasi Karbon: Investasi untuk Masa Depan
Keberhasilan Kampung Long Beliu juga tak lepas dari perolehan dana kompensasi karbon sebesar Rp349 juta pada Desember 2024. Dana ini menjadi modal penting dalam pengembangan usaha anyaman rotan. Sebagian dana digunakan untuk pelatihan peningkatan teknik anyaman dan studi banding ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
"Memang beda rasanya bila punyai duit agak banyak," ungkap Juan Patrik Ajang, Kepala Kampung Long Beliu. Dana tersebut memungkinkan pemerintah kampung untuk menjalankan program pengembangan dengan lebih efektif.
Lombok dipilih sebagai tujuan studi banding karena dikenal sebagai pusat kerajinan rotan yang profesional, dengan desain fungsional dan pemahaman yang baik tentang pemasaran. Perajin Long Beliu belajar mengenai desain modern, strategi pemasaran, dan keberlanjutan bisnis kriya.
"Para perajin di Lombok jadi tempat belajar karena mereka membuat banyak desain yang fungsional sesuai kebutuhan orang zaman sekarang, serta juga paham alur pemasaran dan membuat bisnis kriya terus berkelanjutan," jelas Indra Wardhani dari Pilar Indonesia, lembaga pendamping warga dalam pengembangan anyaman rotan.
Rumah Produksi dan Pelestarian Hutan
Studi banding tersebut juga memberikan dampak positif bagi kepercayaan diri para perajin Long Beliu. Mereka menyadari bahwa anyaman rotan Long Beliu memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Dana kompensasi karbon juga dialokasikan untuk membangun rumah produksi, sebagai tempat berkumpul dan berkreasi para perajin.
Saat ini, para perajin masih berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Dengan adanya rumah produksi, diharapkan produktivitas akan meningkat dan kualitas produk semakin terjaga. Rumah produksi tersebut juga akan dilengkapi dengan galeri untuk memajang dan menjual produk.
Lebih dari sekadar menghasilkan pendapatan, anyaman rotan bagi masyarakat Long Beliu merupakan wujud pelestarian alam. Bahan baku rotan bersumber dari hutan sekitar kampung, seperti di tebing dan lereng Sungai Kelay, Sungai Peteng, dan Sungai Gie.
"Kalau hutannya tidak ada, tidak akan ada juga rotan sega, rotan manau, rotan sabut. Kalau tidak ada rotan, tidak ada juga kriya berbahan dasar rotan," tegas Juan Patrik Ajang. Ia menekankan pentingnya menjaga kelestarian hutan untuk keberlangsungan tradisi dan budaya lokal.
Dengan demikian, pengembangan anyaman rotan di Kampung Long Beliu bukan hanya meningkatkan perekonomian masyarakat, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana pelestarian hutan dapat beriringan dengan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk mengembangkan potensi lokal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.