Banjir Sumsel Tak Pengaruhi Produksi Padi, Klaim DPTPH
Dinas Pertanian Sumsel pastikan banjir di sejumlah daerah tidak akan signifikan mempengaruhi produksi padi periode Januari-April 2025, meskipun ribuan hektar sawah terdampak.

Banjir yang melanda beberapa daerah di Sumatera Selatan (Sumsel) beberapa waktu lalu, menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap produksi padi. Namun, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel (DPTPH Sumsel) memastikan bahwa dampaknya tidak akan signifikan terhadap produksi padi pada periode Januari-April 2025 atau subround I-2025.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DPTPH Sumsel, Tuti Murti, memberikan keterangan resmi di Palembang pada Kamis lalu. Ia menjelaskan bahwa dari total luas lahan tanam padi di Sumsel periode Oktober 2024 hingga 11 Maret 2025 seluas 466.679 hektare, hanya 6.428 hektare atau 1,3 persen yang terdampak banjir. Lebih lanjut, lahan yang mengalami gagal panen (puso) hanya sekitar 0,5 persen dari total lahan tanam.
Meskipun ada dampak banjir, DPTPH Sumsel optimis produksi padi tetap terjaga. Hal ini menunjukkan ketahanan sektor pertanian Sumsel dalam menghadapi bencana alam. Langkah-langkah antisipasi dan mitigasi yang telah dilakukan sebelumnya dinilai efektif dalam meminimalisir kerugian.
Dampak Banjir Terbatas di Beberapa Daerah
Sebanyak 10 kabupaten dan kota di Sumsel terdampak banjir yang mempengaruhi lahan pertanian. Daerah-daerah tersebut meliputi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Lahat. Kemudian, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Musi Rawas Utara (Muratara), Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, dan Kota Palembang.
Meskipun beberapa daerah mengalami dampak banjir yang cukup signifikan terhadap lahan pertanian, luas lahan yang terdampak relatif kecil dibandingkan dengan total luas lahan tanam padi di Sumsel. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar lahan pertanian masih dalam kondisi baik dan produktif.
DPTPH Sumsel terus memantau perkembangan kondisi di lapangan dan melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk memastikan penanganan pasca-banjir berjalan dengan baik. Hal ini penting untuk meminimalisir dampak negatif terhadap sektor pertanian dan perekonomian masyarakat.
Pihaknya juga telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan dampak lanjutan dari banjir, seperti penyediaan bibit unggul dan pupuk bersubsidi bagi para petani yang terdampak.
Bantuan Benih untuk Lahan Puso
Sebagai upaya pemulihan lahan pertanian yang mengalami gagal panen, DPTPH Sumsel berencana mengajukan bantuan benih kepada Kementerian Pertanian (Kementan). Bantuan ini ditujukan untuk membantu para petani memulai kembali masa tanam. Jumlah bantuan benih yang diajukan adalah sebesar 25 kilogram per hektare lahan yang puso.
Permohonan bantuan benih ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendukung para petani dan memastikan ketahanan pangan di Sumsel tetap terjaga. Dengan adanya bantuan ini, diharapkan para petani dapat segera melakukan penanaman kembali dan memulihkan produksi pertanian mereka.
DPTPH Sumsel berkomitmen untuk terus berupaya dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Sumsel, termasuk dengan memberikan pendampingan dan dukungan kepada para petani. Langkah ini penting untuk memastikan kesejahteraan para petani dan ketahanan pangan di daerah tersebut.
"Berdasarkan data tersebut, maka tidak akan terlalu berpengaruh terhadap produksi padi di Sumsel pada subround 1 2025," kata Tuti Murti, Kepala Bidang Tanaman Pangan DPTPH Sumsel.
Dengan langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan, DPTPH Sumsel optimis produksi padi di Sumsel tetap aman dan terjaga.