Bantul Pasang 29 Sistem Peringatan Dini Tsunami, Waspada Ancaman Megathrust!
BPBD Bantul pasang 29 EWS di pesisir pantai selatan untuk antisipasi tsunami akibat gempa Megathrust dan Sesar Opak, meskipun idealnya dibutuhkan 45 EWS.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), telah memasang 29 early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini tsunami di sepanjang pesisir pantai selatan. Pemasangan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi potensi tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, baik dari Sesar Opak maupun ancaman Megathrust dari pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Sistem ini terkoneksi dengan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul dan diuji coba setiap tanggal 26 setiap bulannya.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanto, menjelaskan bahwa pemeliharaan rutin dilakukan setiap tahun untuk memastikan fungsi EWS tetap optimal. "Antisipasi kita untuk penanggulangan tsunami itu dengan 29 EWS yang dipasang di pinggir pantai dan masjid-masjid kawasan pesisir," ujar Agus Yuli Herwanto usai menghadiri Apel Kebencanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana di Bantul, Ahad lalu. Meskipun demikian, jumlah EWS yang ada saat ini masih kurang ideal jika dibandingkan dengan kajian yang merekomendasikan sebanyak 45 EWS untuk mencakup seluruh komunitas di pesisir selatan Bantul.
Selain pemasangan EWS, BPBD Bantul juga telah berkolaborasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam membentuk Kelurahan Siaga Tsunami. Keberadaan kelurahan siaga tsunami ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman tsunami. "Kelurahan Siaga Tsunami sudah dibentuk di Bantul dan sudah diakui UNESCO. Kelurahan tersebut berada di pinggir pantai, yaitu Kelurahan Parangtritis, Tirtohargo, Gadingsari dan Poncosari," tambah Agus.
Sistem Peringatan Dini Tsunami di Bantul
Sistem peringatan dini tsunami di Bantul terdiri dari 29 unit EWS yang tersebar di sepanjang pantai selatan. Setiap unit EWS terhubung ke Pusdalops BPBD Bantul, sehingga informasi peringatan dini dapat disalurkan dengan cepat dan efisien. BPBD Bantul secara rutin melakukan pemeliharaan dan uji coba sistem setiap bulan untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Uji coba terakhir dilakukan pada tanggal 26 April, dan seluruh sistem dinyatakan berfungsi dengan baik.
Meskipun telah terpasang 29 unit EWS, BPBD Bantul menyadari bahwa jumlah tersebut masih belum ideal. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, idealnya dibutuhkan 45 unit EWS untuk menjangkau seluruh komunitas di pesisir selatan Bantul. Hal ini mengingat adanya pertambahan jumlah penduduk di wilayah pesisir tersebut.
BPBD Bantul berkomitmen untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman tsunami. Mereka berencana untuk menambah jumlah EWS di masa mendatang, seiring dengan ketersediaan anggaran dan dukungan dari berbagai pihak. Selain itu, BPBD Bantul juga akan terus meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait, seperti BMKG dan instansi lainnya.
Kelurahan Siaga Tsunami dan Potensi Gempa Bumi
Sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana tsunami, BPBD Bantul bersama BMKG telah membentuk empat kelurahan siaga tsunami di wilayah pesisir pantai selatan. Keempat kelurahan tersebut telah diakui oleh UNESCO dan telah mendapatkan pelatihan khusus dalam menghadapi ancaman tsunami. Pembentukan kelurahan siaga tsunami ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
Potensi gempa bumi di Bantul berasal dari dua sumber utama, yaitu Sesar Opak dan potensi Megathrust dari pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa bumi dari Sesar Opak berpotensi menimbulkan gempa bumi di daratan, sementara potensi Megathrust dapat menimbulkan gempa bumi yang lebih besar dan berpotensi tsunami. Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana gempa bumi dan tsunami sangat penting.
BPBD Bantul menyadari bahwa selain tsunami, Bantul juga rawan terhadap bencana lain seperti banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran. Namun, gempa bumi dan tsunami tetap menjadi ancaman yang paling serius dan membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, BPBD Bantul akan terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi berbagai jenis bencana.
Ke depannya, BPBD Bantul akan terus berupaya meningkatkan sistem peringatan dini dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami. Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk BMKG dan UNESCO, akan terus ditingkatkan untuk memastikan keselamatan masyarakat pesisir Bantul.