Bencana Banjir Jakarta: Upaya Revitalisasi Hulu Ciliwung di Puncak
Banjir Jakarta akibat luapan Ciliwung mendorong revitalisasi hulu sungai di Puncak, Bogor, dengan penyegelan tempat wisata ilegal dan penertiban bangunan liar untuk mengembalikan fungsi resapan air.

Banjir yang kembali melanda Jakarta pada penghujung Januari 2025, merendam tujuh lokasi di Jakarta Timur hingga ketinggian 120 cm. Banjir ini disebabkan oleh luapan air dari Sungai Ciliwung yang berhulu di kawasan Puncak, Bogor. Kondisi hulu sungai yang rusak akibat perubahan fungsi lahan menjadi pemukiman dan industri menjadi penyebab utama bencana ini. Pemerintah Kabupaten Bogor pun berupaya mengembalikan fungsi hulu Ciliwung sebagai daerah resapan air.
Perubahan fungsi lahan di hulu Ciliwung telah mengurangi daya serap air secara signifikan. Kawasan yang awalnya berfungsi sebagai daerah resapan air dengan vegetasi rapat, kini telah berubah menjadi daerah permukiman, industri, dan tempat wisata yang dibangun secara tidak terkendali. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume air yang mengalir ke Jakarta saat hujan deras, sehingga meningkatkan risiko banjir.
Upaya pemulihan ekosistem hulu Ciliwung menjadi prioritas pemerintah. Langkah-langkah konkret telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, dengan harapan dapat mencegah terulangnya bencana banjir di masa mendatang dan menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Penyegelan Tempat Wisata Ilegal dan Penertiban Bangunan Liar
Pemerintah Kabupaten Bogor mengambil langkah tegas dengan menghentikan operasional tempat wisata Hibisc Fantasy Puncak milik PT Jaswita di Gunung Mas, Cisarua. Tempat wisata ini terbukti belum mengantongi izin lengkap untuk seluruh lahan yang digunakan. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah melakukan penyegelan bangunan yang belum berizin, dan operasional baru dapat dilanjutkan setelah seluruh izin lengkap diurus.
Selain itu, Pemkab Bogor juga menertibkan bangunan liar pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jalur Puncak. Sebanyak 329 bangunan telah diratakan dan para pedagang dipindahkan ke Rest Area Gunung Mas yang telah disiapkan. Penertiban tahap II akan memindahkan 196 PKL lainnya ke rest area tersebut. Rest Area Gunung Mas memiliki kapasitas 516 kios, dengan masing-masing kios berukuran 11 meter persegi.
Langkah-langkah penertiban ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi lahan di kawasan Puncak dan mengurangi beban aliran air ke Sungai Ciliwung. Dengan mengurangi jumlah bangunan dan aktivitas yang tidak terkendali, diharapkan daya serap air tanah dapat meningkat.
Penanaman Pohon dan Upaya Pelestarian Lingkungan
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, turut serta dalam upaya revitalisasi hulu Ciliwung dengan menanam 2.450 bibit pohon mahoni dan alpukat di Area Agrowisata Gunung Mas dan Telaga Saat. Penanaman pohon ini diharapkan dapat melindungi tanah dari erosi, memperbaiki kualitas udara, dan memperkuat keanekaragaman hayati.
Kementerian LH mencatat kondisi Sungai Ciliwung tercemar sedang di hulu dan tercemar berat di tengah hingga hilir. Masyarakat masih banyak yang membuang sampah ke sungai, kebiasaan ini perlu diubah melalui edukasi dan penegakan hukum. Upaya berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan di sepanjang aliran Ciliwung yang dihuni sekitar 2 juta orang.
Hanif Faisol juga mengajak semua pihak untuk berhenti berinvestasi membangun vila di kawasan wisata Puncak. Sebanyak 72 persen wilayah DAS Ciliwung telah berubah menjadi lahan terbangun, sehingga mengurangi daya serap air. Revitalisasi kawasan Puncak menjadi agenda prioritas nasional, berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2020.
Peran Telaga Saat sebagai Titik Nol Kilometer Sungai Ciliwung
Jauh sebelum gerakan masif revitalisasi hulu Ciliwung, telah dilakukan pembenahan di Telaga Saat, titik 0 kilometer Sungai Ciliwung. Pada Februari 2018, Danrem 061/Suryakancana memimpin aksi revitalisasi Telaga Saat yang saat itu kondisinya sangat memprihatinkan, tertutup gulma dan sedimentasi.
Setelah direvitalisasi, Telaga Saat kini lebih jernih dan bersih. Pembersihan ini meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar dan menjadikan daerah tersebut sebagai desa wisata. Keberhasilan revitalisasi Telaga Saat menjadi contoh bagaimana pembenahan lingkungan dapat dilakukan secara konsisten dan serius, menjadi inspirasi untuk pemulihan hulu Sungai Ciliwung.
Pembenahan hulu Sungai Ciliwung membutuhkan upaya serius dan berkelanjutan dari berbagai pihak. Dengan mengembalikan fungsi lahan sebagai daerah resapan air, diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di Jakarta dan menjaga kelestarian lingkungan. Telaga Saat menjadi bukti bahwa upaya yang konsisten dan terpadu dapat menghasilkan perubahan yang signifikan.