Ciayumajakuning: Menuju Lumbung Padi Nasional
Program agroforestri dan dukungan pemerintah mendorong Ciayumajakuning, khususnya Indramayu, untuk kembali menjadi lumbung padi nasional, mengatasi tantangan dan meningkatkan produktivitas.

Di tengah terik matahari Februari 2025, petani di Desa Cikawung, Indramayu, Jawa Barat, tekun menanam padi gogo. Bukan sekadar menanam padi, mereka terlibat dalam program agroforestri, sebuah strategi besar untuk ketahanan pangan nasional. Dengan teknik sederhana, benih padi ditanam langsung di bedengan, memanfaatkan lahan kering yang sebelumnya kurang produktif. Inilah awal dari transformasi Indramayu menuju lumbung padi utama.
Agroforestri: Solusi Lahan Kering
Program agroforestri, digagas Kementerian Kehutanan dan Kementerian Pertanian, memanfaatkan lahan terdegradasi dengan menanam pohon dan tanaman pangan seperti padi gogo dan jagung. Indramayu, dengan lahan seluas 4.400 hektare di Kecamatan Gantar, Kroya, dan Terisi, menjadi salah satu lokasi utama program ini. Menhut Raja Juli Antoni menjelaskan tujuannya adalah mengembalikan fungsi ekologis lahan dan meningkatkan produksi pangan. Target penanaman pada 2025 mencapai 141.232 hektare, dengan potensi produksi beras sekitar 419.462 ton.
Mentan Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa agroforestri dapat mempercepat target swasembada pangan. Pemerintah pusat mendukung penuh sektor pertanian dengan berbagai kebijakan, termasuk alokasi Rp12 triliun untuk perbaikan irigasi di 2 juta hektare lahan dan program pompanisasi untuk mengatasi dampak El Nino dan La Nina.
Indramayu: Kembali Menjadi Lumbung Padi
Indramayu, dikenal sebagai Kota Mangga, memiliki sejarah panjang sebagai lumbung padi. Sejak zaman Kesultanan Cirebon hingga masa penjajahan Jepang, wilayah ini berperan penting dalam penyediaan beras. Pada 2024, Indramayu memproduksi 1,7 juta ton gabah kering panen (GKP), menjadikannya penghasil padi terbesar di Jawa Barat. Luas sawah mencapai 125.442 hektare, dengan 112.000 hektare sebagai lahan dilindungi.
Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) juga berkontribusi signifikan pada produksi padi. Kabupaten Cirebon memproduksi 560.713 ton padi pada 2024, sementara Kota Cirebon, meski dengan lahan terbatas, mencapai produktivitas 7 ton per hektare. Kabupaten Kuningan mencatat produksi lebih dari 353.146 ton padi, sedangkan Majalengka mengalami penurunan luas panen dan produktivitas pada 2024.
Pupuk Subsidi: Kunci Produktivitas
Petani di Kuningan, Indra, merasakan manfaat langsung dari program pupuk bersubsidi. Subsidi membantu menekan biaya produksi dan menjaga keberlangsungan usaha pertanian. Peran kelompok tani (poktan) sangat penting dalam pendaftaran dan pengadaan pupuk bersubsidi. Inovasi seperti penggunaan KTP dan aplikasi i-Pubers mempermudah akses pupuk subsidi dan memastikan penyaluran tepat sasaran.
Pemerintah daerah mengapresiasi program diskon pupuk nonsubsidi dari PT Pupuk Indonesia. Program ini memberikan solusi tambahan bagi petani dengan menyediakan kupon diskon untuk pembelian pupuk nonsubsidi. Selain diskon, program rembuk tani juga digelar untuk mendengarkan kendala petani dan memberikan solusi. Pupuk bersubsidi hanya diberikan kepada petani terdaftar di sistem e-RDKK dengan lahan maksimal dua hektare. Teknologi seperti aplikasi i-Pubers dan DPCS digunakan untuk memantau distribusi pupuk secara real-time.
Kesimpulan
Program agroforestri, dukungan pemerintah, dan peran aktif petani menjadi kunci keberhasilan Ciayumajakuning, khususnya Indramayu, dalam meningkatkan produksi padi. Dengan mengatasi tantangan dan meningkatkan produktivitas, wilayah ini berpotensi besar untuk kembali menjadi lumbung padi nasional, menjamin ketahanan pangan Indonesia.