Kulon Progo Bangkit: 17 Penangkar Benih Padi Dihidupkan Kembali
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo menghidupkan kembali 17 kelompok penangkar benih padi untuk memenuhi kebutuhan benih di DIY dan Jawa Tengah, sekaligus merevitalisasi sektor pertanian dan ketahanan pangan.

Kulon Progo, 7 April 2024 (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengambil langkah strategis untuk menghidupkan kembali 17 kelompok penangkar benih padi. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan benih di wilayah DIY dan Jawa Tengah, sekaligus mengembalikan kejayaan Kulon Progo sebagai lumbung pangan dan sentra benih padi.
Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, Senin lalu mengumumkan inisiatif ini. Ia menjelaskan bahwa Kulon Progo pernah menjadi sentra benih padi utama di DIY, namun seiring waktu, jumlah penangkar benih berkurang sehingga status tersebut memudar. "Dulu, Kulon Progo tersohor sebagai sentra benih padi DIY. Namun seiring berjalannya waktu, status tersebut mulai tenggelam karena jumlah penangkar benih padi yang terus berkurang," ungkap Agung.
Pemkab Kulon Progo berupaya keras untuk mengatasi masalah ini dan merevitalisasi sektor pertanian. Inisiatif ini tidak hanya fokus pada pemulihan penangkar benih, tetapi juga mencakup pelatihan bagi generasi muda petani dan optimalisasi alat mesin pertanian (alsintan).
Revitalisasi Penangkar Benih dan Regenerasi Petani
Pemkab Kulon Progo menyelenggarakan pelatihan periodik bagi para taruna tani, dengan jumlah peserta 50 orang per angkatan. Pelatihan ini diharapkan dapat menciptakan regenerasi petani dan mengubah citra pertanian menjadi lebih positif di kalangan generasi muda. Bupati Agung menekankan pentingnya kesejahteraan petani sebagai daya tarik bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Selain pelatihan, langkah krusial lainnya adalah mengaktifkan kembali 17 kelompok penangkar benih padi yang sebelumnya tidak aktif. Dengan demikian, diharapkan produksi benih padi dapat meningkat secara signifikan dan memenuhi kebutuhan di DIY dan Jawa Tengah.
"Kami juga akan mengaktifkan lagi 17 penangkar benih padi di Kulon Progo," tegas Agung Setyawan.
Optimalisasi Alsintan dan Ketahanan Pangan
Bupati Agung juga menyoroti pentingnya optimalisasi alsintan. Namun, optimalisasi ini harus disesuaikan dengan kondisi lahan pertanian di Kulon Progo yang sebagian besar memiliki luas lahan kurang dari 500 meter persegi. Oleh karena itu, dibutuhkan alsintan yang tepat dan efisien untuk lahan pertanian berskala kecil.
"Sebab lahan yang dimiliki tiap petani di Kulon Progo luasnya tidak lebih dari 500 meter persegi, sehingga perlu alsintan yang sesuai dengan kondisi tersebut," jelasnya.
Dengan mengoptimalkan alsintan dan meningkatkan jumlah penangkar benih, diharapkan akan tercipta kemandirian dan ketahanan pangan di Kulon Progo. Bahkan, Bupati Agung optimistis bahwa produksi padi dapat surplus dan dapat disalurkan ke daerah lain.
"Bahkan hasilnya bisa surplus agar bisa disalurkan ke daerah lainnya," tambahnya.
Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh Pemkab Kulon Progo ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan sektor pertanian, menciptakan regenerasi petani, dan memastikan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Harapannya, Kulon Progo dapat kembali menjadi lumbung pangan dan sentra benih padi yang berperan penting bagi DIY dan Jawa Tengah.