Erupsi Gunung Ibu, Maluku Utara: 644 Warga Mengungsi
Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, memaksa 644 warga mengungsi sementara status gunung dinaikkan ke Level IV, dengan bantuan dan logistik terus disalurkan.
Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, kembali erupsi. Akibatnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 644 warga telah dievakuasi per Senin, 20 Januari 2025. Status gunung saat ini berada di Level IV atau Awas.
Mengapa evakuasi besar-besaran dilakukan? Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Ibu yang signifikan sejak 1 hingga 14 Januari 2025 menjadi alasan utama. Hal ini terdeteksi oleh tim dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang kemudian menaikkan status gunung dari Level III ke Level IV pada 15 Januari 2025.
Bagaimana proses evakuasi berlangsung? Evakuasi warga dari enam desa di Kecamatan Tabaru, Halmahera Barat, masih berlangsung dan diperkirakan jumlah pengungsi akan bertambah. Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, menyatakan ratusan warga telah dipindahkan ke enam lokasi pengungsian. Data dari Posko Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ibu menunjukan rincian jumlah pengungsi di setiap lokasi, mulai dari Balai Desa Tongute Sungi hingga Sekolah Dasar Akesibu.
Bantuan apa yang diberikan? BNPB memastikan bantuan terus disalurkan untuk kelancaran penanganan darurat. Prioritas utama adalah pendistribusian kebutuhan pokok di lokasi pengungsian. Pemerintah juga meningkatkan dukungan kendaraan untuk mempercepat pendistribusian logistik. "Setiap lokasi pengungsian mengirimkan daftar kebutuhan yang akan dipenuhi oleh tim logistik," jelas Muhari.
Seberapa parah erupsi tersebut? Hingga Senin, erupsi masih berlangsung dengan kolom abu mencapai ketinggian rata-rata 1.000 meter di atas puncak gunung. Aktivitas vulkanik terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 61 detik di Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Gam Ici, Kecamatan Ibu, Halmahera Barat.
Pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, dimulai sejak 15 Januari 2025, untuk penanganan darurat secara maksimal. BNPB terus memantau situasi dan memastikan bantuan terus diberikan kepada para pengungsi.
Situasi ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Koordinasi dan respon cepat dari berbagai pihak menjadi kunci dalam meminimalisir dampak erupsi Gunung Ibu terhadap warga sekitar.