1214 Jiwa Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Ibu di Maluku Utara
Erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara, pada Januari 2025, memaksa 1.214 jiwa mengungsi ke enam titik pengungsian yang telah disiapkan pemerintah.
Erupsi Gunung Ibu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, telah memaksa 1.214 jiwa untuk mengungsi. Peristiwa ini terjadi pada Januari 2025, memicu respon cepat dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara dalam menyediakan bantuan dan tempat pengungsian bagi warga terdampak.
Penjabat (Pj) Gubernur Maluku Utara, Samsuddin Abdul Kadir, menyatakan bahwa enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga yang terdampak erupsi Gunung Ibu. Data dari Posko Erupsi Gunung Ibu per 21 Januari 2025 pukul 16.00 WIT mencatat total 1.214 jiwa mengungsi akibat letusan abu vulkanik.
Lokasi pengungsian tersebar di beberapa titik, yaitu: Pos Gereja Tua Emanuel Desa Tongute (276 jiwa), Kantor Desa Tongute Sungi (53 jiwa), Pos Gereja Sion Akesibu (61 jiwa), SMKS Anak Negeri Akesibu (157 jiwa), dan Pos SD Tongute Goin (32 jiwa). Rincian pengungsi mencakup 13 ibu hamil, 94 balita, 21 anak usia dini, dan 97 lansia, dengan total 504 laki-laki dan 710 perempuan.
Status Gunung Ibu meningkat ke Level IV (Awas) pada 15 Januari 2025 setelah terjadi dentuman keras dan semburan abu vulkanik setinggi 4.000 meter. Hal ini menyebabkan 287 Kepala Keluarga (KK) atau 649 jiwa mengungsi dari enam kecamatan terdampak: Sangaji Nyeku, Soasangaji, Tuguis, Togoreba Sungi, Borona, dan Todoke.
Pemprov Maluku Utara dan Pemkab Halmahera Barat berkolaborasi untuk memantau situasi dan memberikan dukungan tambahan jika diperlukan. Pj Gubernur Samsuddin Abdul Kadir menekankan komitmen pemprov untuk memastikan warga terdampak menerima bantuan yang memadai dan dapat segera pulih.
Pihak berwenang menghimbau warga yang terdampak untuk bersabar dan tidak kembali ke rumah sebelum ada pengumuman resmi dari Pemkab Halmahera Barat. Bupati Halmahera Barat juga diminta untuk terus memberikan informasi terkini mengenai erupsi agar masyarakat merasa tenang di tempat pengungsian.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Respon cepat dan koordinasi yang baik antara pemerintah provinsi dan kabupaten terbukti krusial dalam menangani dampak erupsi Gunung Ibu dan memastikan keselamatan warga.