Hujan Lebat Jadi Hambatan Pascapanen, Bulog Kotim Siap Serap Gabah Petani
Peningkatan curah hujan di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menjadi tantangan bagi petani dalam mencapai kadar air gabah ideal pascapanen, namun Bulog siap menyerap gabah dengan harga pemerintah.

Sampit, Kalimantan Tengah, 28 April 2024 - Musim hujan yang cukup tinggi di Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, menimbulkan tantangan baru bagi para petani padi. Pascapanen menjadi periode yang krusial, di mana kadar air gabah menjadi penentu kualitas beras yang dihasilkan. Kepala Perum Bulog Kotim, Muhammad Azwar Fuad, mengungkapkan kendala utama yang dihadapi petani saat ini.
"Kendala yang lebih besar adalah kadar air gabah kering giling yang sulit dicapai saat masih banyak hujan seperti sekarang ini," ungkap Azwar Fuad di Sampit, Senin lalu. Pernyataan ini menyoroti kesulitan petani dalam mencapai kadar air gabah ideal untuk menghasilkan beras berkualitas tinggi.
Meskipun demikian, Bulog Kotim memastikan kesiapannya dalam menyerap gabah kering panen (GKP) dari petani sesuai penugasan pemerintah. Namun, masalah kadar air ini menjadi perhatian serius karena berdampak langsung pada kualitas beras yang dihasilkan dan pada akhirnya, pendapatan petani.
Tantangan Mengeringkan Gabah di Musim Hujan
Proses pengeringan gabah menjadi poin penting dalam menghasilkan beras berkualitas. Gabah kering yang baru dipanen memerlukan proses penjemuran untuk mencapai kadar air 14 persen, standar yang ditetapkan untuk menghasilkan beras berkualitas tinggi. Azwar Fuad menjelaskan lebih lanjut tantangan yang dihadapi petani.
"Dengan masih sering hujan saat ini, sangat sulit untuk mencapai kadar air 14 persen, sehingga perlu dijemur dalam jangka waktu yang cukup lama, misalnya sampai lebih dari tujuh hari. Nah, itu kan cukup merepotkan petani," jelas Azwar. Proses pengeringan yang memakan waktu lama ini jelas menambah beban kerja dan biaya bagi para petani.
Bulog Kotim, bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kotawaringin Timur, gencar melakukan sosialisasi kepada petani. Sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi petani tentang tahapan pascapanen yang tepat, khususnya teknik pengeringan gabah agar sesuai standar.
Jika kadar air gabah tidak sesuai standar (14 persen) dan dipaksakan untuk digiling, maka beras yang dihasilkan akan mudah pecah dan kualitasnya menurun. Hal ini tentu akan merugikan petani karena berdampak pada harga jual beras mereka.
Serapan Gabah dan Target Bulog
Hingga saat ini, Bulog Kotim telah berhasil menyerap sebanyak 258.380 kilogram GKP dari petani di Kotim. Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit, menjadi penyumbang terbesar karena daerah ini dikenal sebagai lumbung padi Kotim.
Luas lahan tanam padi di Kotim pada tahun 2024 ini lebih dari 8.000 hektare. Dengan asumsi potensi panen 4 ton per hektare, maka diperkirakan akan dihasilkan sedikitnya 32.000 ton gabah. Bulog Kotim, yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Kotim, Katingan, dan Seruyan, menargetkan penyerapan gabah minimal 1.700 ton pada tahun 2024.
Bulog Kotim optimistis dapat mencapai target tersebut. Mereka berkomitmen untuk menyerap gabah petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram. Petani dapat memilih metode pembayaran, baik tunai maupun transfer, setelah menyerahkan KTP untuk proses input data di sistem Bulog.
Meskipun menghadapi tantangan akibat cuaca, Bulog Kotim tetap berkomitmen untuk mendukung petani dan memastikan penyerapan gabah berjalan lancar. Kerja sama antara Bulog, Dinas Pertanian, dan petani sangat penting untuk mengatasi kendala pascapanen dan menjaga stabilitas harga beras.