IHSG Tutup Melemah 1,93 Persen; Sektor Energi Tertekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,93 persen pada Jumat, dipengaruhi sentimen melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kehati-hatian pasar global menjelang data ekonomi China.
Jakarta, 7 Februari 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakhiri perdagangan Jumat dengan penurunan cukup signifikan. IHSG ditutup melemah 132,96 poin atau 1,93 persen, berada di posisi 6.742,58. Penurunan ini dipimpin oleh sektor energi yang mengalami tekanan cukup besar.
Meskipun demikian, indeks LQ45 yang melacak 45 saham unggulan justru menunjukan kinerja positif, naik 7,24 poin atau 0,93 persen ke posisi 784,88. Perbedaan kinerja ini menunjukkan adanya dinamika yang cukup kompleks di pasar saham domestik.
Faktor Penurunan IHSG
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam analisisnya menjelaskan bahwa pelemahan IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah sentimen melambatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada tahun 2024. Prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari tahun sebelumnya menimbulkan kekhawatiran di pasar, terutama mengingat ancaman geopolitik, perang dagang, inflasi, dan suku bunga yang masih tinggi.
Kekhawatiran ini berdampak pada prospek bisnis dan konsumsi rumah tangga, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Keputusan MSCI juga menjadi perhatian pasar dan ikut memengaruhi pergerakan IHSG.
Namun, berita positif juga datang dari data cadangan devisa Indonesia. Pada akhir Januari 2025, cadangan devisa tercatat sebesar 156,1 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan posisi akhir Desember 2024 (155,7 miliar dolar AS). Kenaikan ini memberikan sedikit penahan terhadap penurunan IHSG yang lebih dalam.
Dinamika Pasar Global
Di pasar global, pelaku pasar menantikan pembicaraan konstruktif antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk meredakan ketegangan perdagangan. Ekspektasi terhadap langkah-langkah dari China untuk meningkatkan kepercayaan pasar juga turut mewarnai sentimen global. Akan tetapi, kehati-hatian menjelang rilis data CPI dan PPI China untuk Januari 2025 menahan kenaikan lebih lanjut, karena risiko deflasi masih menjadi perhatian.
Pergerakan Sektoral dan Saham
Sepanjang perdagangan, IHSG berada di zona merah sejak pembukaan hingga penutupan. Dari sisi sektoral, berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya sektor properti (naik 0,66 persen) dan teknologi (naik 0,31 persen) yang menunjukan penguatan. Sebaliknya, sembilan sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor energi mengalami penurunan paling dalam sebesar 6,17 persen, diikuti sektor barang baku (4,33 persen) dan infrastruktur (2,24 persen).
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain PPRI, KOPI, SMDM, TIRA, dan KOA. Sementara itu, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah PTRO, SONA, CUAN, BREN, dan SHIP.
Secara keseluruhan, frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.312.000 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,79 miliar lembar saham senilai Rp13,06 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 200 saham naik, 441 saham menurun, dan 314 saham tidak bergerak nilainya.
Perbandingan dengan Bursa Regional
Sebagai perbandingan, bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang beragam. Indeks Nikkei menguat 279,51 poin (0,72 persen) ke 38.798,02, indeks Shanghai naik 33,01 poin (1,01 persen) ke 3.303,67, dan indeks Kuala Lumpur menguat 5,74 persen atau 0,36 poin ke 1.590,91. Namun, indeks Straits Times melemah 31,00 poin (0,81 persen) ke 3.303,67.