Kotim Berupaya Optimalkan Akses Air Bersih untuk Cegah Serangan Buaya
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur berupaya meningkatkan akses air bersih di wilayah selatan untuk mencegah warga turun ke sungai dan meminimalisir risiko serangan buaya.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, tengah berupaya maksimal dalam menyediakan akses air bersih di wilayah selatan. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi risiko serangan buaya yang kerap terjadi karena warga terpaksa turun ke sungai untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Bupati Kotim, Halikinnor, menyatakan komitmennya untuk memastikan akses air bersih PDAM menjangkau seluruh wilayah. Hal ini penting karena air merupakan kebutuhan vital masyarakat. Selain untuk minum dan memasak, akses air bersih juga sangat dibutuhkan untuk mencuci dan mandi, sehingga warga tidak perlu lagi mengandalkan sungai.
Penyediaan air bersih ini diharapkan dapat mengurangi angka serangan buaya, terutama di wilayah selatan Kotim yang berdekatan dengan muara Sungai Mentaya, habitat alami buaya. Data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit mencatat 52 kasus serangan buaya di Kotim antara tahun 2010 hingga 2025, sembilan di antaranya mengakibatkan kematian.
Upaya Pemkab Kotim dalam Meningkatkan Akses Air Bersih
Pemkab Kotim telah berhasil memperluas jaringan air bersih PDAM hingga ke Desa Parebok, Kecamatan Teluk Sampit. Ke depannya, mereka berencana untuk melanjutkan perluasan jaringan hingga ke Desa Ujung Pandaran dan Kecamatan Pulau Hanaut. Hal ini menunjukkan komitmen nyata pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan akses air bersih dan meminimalisir risiko serangan buaya.
Wilayah selatan Kotim, khususnya Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Pulau Hanaut, dan Teluk Sampit, menjadi area dengan kasus serangan buaya paling tinggi. Keterbatasan akses air bersih membuat sebagian warga masih mengandalkan sungai untuk aktivitas MCK, meningkatkan kerentanan mereka terhadap serangan buaya.
Meskipun sosialisasi mengenai bahaya serangan buaya telah gencar dilakukan, beberapa warga di Kecamatan Pulau Hanaut, misalnya, masih beraktivitas di sungai karena belum terjangkaunya akses air bersih. Pembangunan jamban yang menjorok ke sungai juga telah dikurangi untuk mencegah warga mendekati habitat buaya.
Dampak Positif Penyediaan Air Bersih
Dengan tersedianya akses air bersih, diharapkan warga tidak perlu lagi mengambil risiko dengan turun ke sungai untuk MCK. Ini akan secara signifikan mengurangi angka serangan buaya dan meningkatkan keselamatan warga. Selain itu, penyediaan air bersih juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Camat Pulau Hanaut, Dedi Purwanto, mengatakan bahwa pemerintah kecamatan dan desa terus berupaya melakukan sosialisasi kepada warga untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan buaya. Namun, penyediaan akses air bersih dinilai sebagai solusi jangka panjang yang lebih efektif.
Program penyediaan air bersih ini bukan hanya sekadar proyek infrastruktur, tetapi juga merupakan upaya untuk melindungi keselamatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kotim. Dengan akses air bersih yang memadai, diharapkan masyarakat dapat hidup lebih sehat, aman, dan produktif.
Keberhasilan program ini akan menjadi contoh bagi daerah lain yang menghadapi permasalahan serupa, khususnya daerah yang berdekatan dengan habitat satwa liar yang berbahaya. Komitmen dan kerja sama antara pemerintah daerah, masyarakat, dan instansi terkait sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Kesimpulan
Upaya Pemkab Kotim dalam menyediakan akses air bersih di wilayah selatan merupakan langkah strategis dalam meminimalisir risiko serangan buaya. Dengan akses air bersih yang memadai, diharapkan warga dapat terhindar dari bahaya dan meningkatkan kualitas hidup mereka.