Lemhanas Usul Evaluasi Program Pendidikan Siswa Nakal di Barak Militer
Lemhanas menyoroti perlunya evaluasi program pendidikan karakter siswa nakal di barak militer Jawa Barat, karena dikhawatirkan malah meningkatkan perilaku menyimpang.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Ace Hasan Syadzily, mengusulkan evaluasi program pendidikan karakter bagi siswa yang dianggap nakal di barak militer Jawa Barat. Program yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi ini, menurut Ace, perlu dikaji ulang efektivitasnya. Evaluasi ini penting untuk memastikan program tersebut memberikan dampak positif dan tidak justru memperburuk perilaku siswa setelah mereka menyelesaikan program tersebut.
Ace mengungkapkan kekhawatirannya bahwa siswa yang telah mengikuti program di barak militer, justru bisa semakin memicu perilaku menyimpang. Hal ini dikarenakan, menurutnya, aspek mental dan emosional siswa belum tentu tertempa dengan baik, sehingga mereka mungkin merasa kebal hukum dan bertindak semaunya setelah mengikuti pelatihan militer. "Saya kira perlu dievaluasi juga, misalnya kalau dia sudah keluar dari barak militer, apakah dijamin bahwa dia tidak akan lepas dari kenakalannya? Atau jangan-jangan karena dia sudah pernah mendapatkan pendidikan militer, lalu karena mungkin mental emosionalnya tidak pernah ditempa, akhirnya menjadi petantang-petenteng dan bisa melakukan hal yang di luar dari yang sesuai dengan perkembangan anak," ujar Ace di Gedung DPRD Jabar Bandung, Sabtu.
Lemhanas berencana melakukan pengkajian mendalam terhadap program ini. Ace menekankan pentingnya mengedepankan aspek perlindungan anak dalam setiap program pendidikan. Lemhanas juga ingin menghindari stigma negatif terhadap pendidikan militer, seakan-akan hanya ditujukan bagi anak-anak yang nakal. "Soal stigma, kita juga harus jaga. Jadi karena itu bagi kami di Lemanas, kami harus mengkajinya secara mendalam. Karena, anak menjadi sesuatu pasti ada faktor yang melatarbelakanginya, terutama faktor lingkungan, faktor keluarga dan lain sebagainya itu yang harus di dalami," tambahnya.
Evaluasi Komprehensif dan Holistik
Ace menjelaskan bahwa pendidikan karakter memang penting, namun tidak hanya untuk anak-anak yang dianggap nakal. Pendidikan karakter seharusnya diberikan kepada semua anak untuk membentuk karakter kebangsaan yang kuat. Untuk itu, perlu ditelusuri akar permasalahan kenakalan remaja secara menyeluruh, dari hulu hingga hilir. "Anak-anak itu bisa disebut nakal harus dilihat dulu, apakah faktor lingkungan, apakah faktor keluarga juga," ucapnya.
Ia menyarankan agar fokus pembenahan diarahkan pada faktor-faktor lingkungan dan keluarga. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dalam keluarga dan lingkungan sekitar anak yang mungkin berkontribusi pada perilaku nakal. Ace juga mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam menggunakan istilah "nakal", karena hal itu bisa menimbulkan stigmatisasi pada anak. "Bahkan istilah nakal itu juga harus hati-hati menggunakan term-nya, karena itu menyangkut dengan stigmatisasi yang diberikan kepada anak. Ingat bahwa prinsip anak itu dilindungi," ujarnya.
Lemhanas menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam pendidikan karakter anak, terutama bagi mereka yang berperilaku menyimpang. Aspek emosional, intelektual, dan spiritual harus dipertimbangkan secara menyeluruh. "Harus dilihat aspek emosionalnya, intelektualnya, kemudian spiritualnya, itu harus dilihat secara komprehensif," tegas Ace.
Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan sosial dan keluarga yang kondusif bagi anak-anak Indonesia. Lingkungan yang sehat sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter anak. Ace kembali mengingatkan pentingnya menelusuri akar masalah perilaku menyimpang sebelum mengambil tindakan, agar tidak terjadi stigmatisasi pada anak. "Dalam konteks kenapa anak disebut 'nakal' kan harus dilihat dulu akar persoalannya. Apakah disebabkan karena misalnya hak asuhnya, pola pengasuhannya, di dalam keluarga, di dalam lingkungan, itu yang harus didalami terlebih dahulu. Jangan sampai juga gara-gara hal (program pembentukan karakter di barak militer) tersebut, membuat anak jadi terstigmatisasi," tutup Ace.
Kesimpulan
Lemhanas mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh terhadap program pendidikan karakter di barak militer untuk anak-anak yang dianggap nakal. Evaluasi ini penting untuk memastikan efektivitas program dan mencegah dampak negatif, termasuk stigmatisasi pada anak. Penting untuk memahami akar masalah perilaku menyimpang anak, dengan memperhatikan faktor lingkungan dan keluarga, sebelum mengambil tindakan.