OJK Blokir 19.980 Rekening Terkait Penipuan, Kerugian Capai Rp700 Miliar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memblokir 19.980 rekening terkait penipuan hingga 9 Februari 2025, dengan total kerugian korban mencapai Rp700,2 miliar.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berhasil memblokir 19.980 rekening yang terkait dengan aktivitas penipuan hingga tanggal 9 Februari 2025. Angka ini merupakan 28 persen dari total 70.390 rekening yang dilaporkan ke Indonesia Anti-Scam Centre (IASC). Kerugian finansial yang dialami para korban akibat penipuan ini mencapai angka yang fantastis, yaitu Rp700,2 miliar.
Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK) OJK, Friderica Widyasari Dewi. Ia menjelaskan bahwa sejak IASC beroperasi pada 22 November 2024, pusat tersebut telah menerima 42.257 laporan kasus penipuan hingga 9 Februari 2025. Pembentukan IASC merupakan langkah strategis OJK dan Satgas PASTI untuk menangani maraknya penipuan di sektor keuangan.
Pemblokiran rekening ini merupakan bagian dari upaya OJK dalam melindungi konsumen dan memberikan efek jera kepada pelaku penipuan. Dari total dana korban yang dilaporkan sebesar Rp700,2 miliar, OJK berhasil memblokir dana sebesar Rp106,8 miliar. Langkah cepat dan terkoordinasi ini menunjukkan komitmen OJK dalam memberantas kejahatan finansial di Indonesia.
Langkah Cepat OJK dalam Membasmi Penipuan Keuangan
Indonesia Anti-Scam Centre (IASC), yang dibentuk oleh OJK bersama anggota Satgas PASTI dan didukung oleh asosiasi industri jasa keuangan, berperan penting dalam penanganan kasus penipuan ini. IASC bertujuan untuk mempercepat koordinasi antar-penyedia jasa keuangan dalam menindaklanjuti laporan penipuan. Prosesnya meliputi penundaan transaksi, pemblokiran rekening, identifikasi pihak-pihak terkait, dan upaya pengembalian dana korban.
Friderica Widyasari Dewi menekankan pentingnya kolaborasi antar lembaga dalam mengatasi masalah ini. "Saat ini IASC telah didukung oleh asosiasi industri perbankan, penyedia sistem pembayaran, dan e-commerce. IASC akan terus meningkatkan kapasitasnya mempercepat penanganan kasus penipuan di sektor keuangan," ujarnya. Kerja sama ini terbukti efektif dalam memblokir sejumlah rekening dan mengembalikan sebagian dana korban.
Selain itu, OJK juga aktif dalam menangani pengaduan terkait entitas ilegal. Sejak 1 Januari 2024 hingga 31 Januari 2025, OJK menerima 16.610 pengaduan, yang terdiri dari 15.477 pengaduan mengenai pinjaman online ilegal dan 1.133 pengaduan terkait investasi ilegal. Sebagai respon, OJK telah menghentikan operasi 3.517 entitas pinjaman online ilegal dan 519 entitas investasi ilegal hingga 24 Januari 2025.
Peran IASC dalam Pelindungan Konsumen
Pembentukan IASC merupakan respons terhadap meningkatnya kasus penipuan di sektor keuangan dan besarnya kerugian yang dialami korban. Dengan adanya IASC, diharapkan proses penanganan laporan penipuan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif. Hal ini akan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi konsumen dan menciptakan efek jera bagi para pelaku penipuan.
Langkah-langkah yang dilakukan IASC meliputi identifikasi para pihak yang terlibat dalam penipuan, upaya pengembalian dana korban yang masih tersisa, dan upaya penindakan hukum. Dengan demikian, IASC tidak hanya fokus pada pemblokiran rekening, tetapi juga pada proses investigasi dan penegakan hukum untuk mencegah terjadinya penipuan serupa di masa mendatang.
Keberhasilan OJK dalam memblokir ribuan rekening dan mengembalikan sebagian dana korban menunjukkan komitmen yang kuat dalam melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Langkah-langkah proaktif dan kolaboratif ini diharapkan dapat menekan angka penipuan di sektor keuangan dan memberikan rasa aman bagi masyarakat.
OJK terus berupaya meningkatkan kapasitas IASC untuk mempercepat penanganan kasus penipuan. Peningkatan kapasitas ini meliputi peningkatan teknologi, sumber daya manusia, dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait. Dengan demikian, diharapkan IASC dapat menjadi pusat penanganan penipuan yang handal dan efektif di Indonesia.
Selain itu, OJK juga akan terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap modus-modus penipuan yang ada. Peningkatan literasi keuangan diharapkan dapat mengurangi jumlah korban penipuan di masa mendatang.
Kesimpulan
Upaya OJK dalam memblokir rekening-rekening yang terlibat dalam penipuan menunjukkan komitmen yang kuat dalam melindungi konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Kerja sama dengan berbagai pihak dan peningkatan kapasitas IASC diharapkan dapat menekan angka penipuan dan memberikan rasa aman bagi masyarakat Indonesia.