Panen Raya di Bantul: Produksi Padi Melimpah, Teknologi Pertanian Jadi Kunci
Bupati Bantul mengawali panen raya padi seluas 50 hektare di Bambanglipuro dengan produktivitas tinggi, membuktikan inovasi teknologi pertanian mampu meningkatkan hasil produksi meskipun lahan pertanian semakin terbatas.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, pada Senin, 7 April 2024, secara simbolis memulai panen raya padi di Kelurahan Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta. Panen raya ini meliputi lahan seluas 50 hektare dengan produktivitas rata-rata 8,05 ton gabah kering panen per hektare. Kegiatan ini melibatkan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sedyo Rukun Sidomulyo, menghasilkan lebih dari 400 ton gabah kering panen yang langsung diserap oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram.
Keberhasilan panen raya ini menunjukkan peningkatan produktivitas pertanian di Bantul meskipun terjadi alih fungsi lahan. Bupati Halim menekankan pentingnya inovasi teknologi pertanian sebagai kunci keberhasilan ini. Ia menambahkan bahwa pencapaian ini menunjukkan bahwa Bantul mampu menjaga surplus beras meskipun lahan pertanian semakin sempit.
Suksesnya panen raya ini juga berkat komitmen Bulog dalam menyerap hasil panen petani dengan harga yang menguntungkan. Hal ini memberikan kepastian pasar bagi petani dan mendorong mereka untuk terus meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, sektor pertanian di Bantul tetap mampu berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah.
Inovasi Teknologi Pertanian Dongkrak Produktivitas
Bupati Bantul menjelaskan bahwa target luas tanam padi di Bantul tahun ini mencapai 34.546 hektare. Meskipun lahan pertanian semakin berkurang akibat alih fungsi lahan, produktivitas justru meningkat berkat penerapan teknologi pertanian yang tepat. Hal ini meliputi pemilihan benih unggul, penggunaan pupuk dan pestisida yang efektif, serta perbaikan sistem irigasi.
Dengan penerapan teknologi ini, Bantul mampu mempertahankan aktivitas tanam dan panen setiap bulan. Kondisi ini membuat lahan pertanian selalu produktif dan menghasilkan surplus beras yang signifikan, yaitu sekitar 55 ribu ton beras pada tahun sebelumnya. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa teknologi pertanian modern mampu mengatasi tantangan pengurangan lahan pertanian.
Bupati Halim juga menekankan pentingnya penataan ruang yang proporsional untuk mengakomodasi berbagai sektor, termasuk industri, pariwisata, dan perumahan, tanpa mengorbankan produktivitas pertanian. Dengan strategi yang tepat, semua sektor dapat berkembang secara berkelanjutan.
"Jadi memang kita harus menggunakan lahan, menetapkan tata ruang itu secara optimal dari sisi ekonomi, sehingga seluruh sektor itu berpeluang meningkatkan produktivitas, industri naik, pariwisata naik, perdagangan naik, pertanian tidak turun tapi juga ikut naik," kata Bupati Halim.
Peran Bulog dan Kelompok Tani
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo, menambahkan bahwa Gapoktan Sedyo Rukun, dengan 130 petani, berhasil menggarap lahan seluas 50 hektare. Dari lahan tersebut, 15 hektare siap panen dengan produktivitas mencapai 8,05 ton per hektare. Hal ini menunjukkan sinergi yang baik antara pemerintah, Bulog, dan kelompok tani dalam meningkatkan produksi padi.
Periode Maret-April merupakan puncak musim panen di Bantul, dengan luas panen hampir mencapai 4.000 hektare. Keberhasilan panen raya ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam mendukung sektor pertanian dan kesejahteraan petani. Kerja sama yang baik antara berbagai pihak, termasuk Bulog yang menyerap hasil panen dengan harga yang menguntungkan, menjadi kunci keberhasilan ini.
Dengan demikian, panen raya di Bambanglipuro bukan hanya sekadar pencapaian produksi padi yang melimpah, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana inovasi teknologi dan kerjasama yang solid dapat meningkatkan produktivitas pertanian di tengah tantangan pengurangan lahan.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi daerah lain untuk menerapkan strategi serupa dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.