Produksi Padi Bantul Tembus 32.000 Ton hingga Maret 2025!
Kabupaten Bantul, Yogyakarta berhasil panen padi lebih dari 32.000 ton hingga Maret 2025, melampaui target dan didukung teknologi pertanian modern.

Bantul, 7 April 2025 - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengumumkan capaian produksi padi yang menggembirakan. Hingga akhir Maret 2025, produksi padi di wilayah tersebut telah mencapai lebih dari 32.000 ton gabah kering panen. Capaian ini merupakan hasil dari musim tanam 2025 yang sukses, menunjukkan peningkatan produktivitas pertanian di Bantul.
Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo, menyampaikan kabar baik ini usai menghadiri panen raya di Bulak Sirat, Sidomulyo, Bantul. "Panen padi untuk musim ini sudah di angka seluas 4.000 hektare, dengan produktivitas rata-rata 8,05 ton per hektare, sehingga total produksinya sudah mencapai 32.000 ton gabah," ungkap Joko Waluyo.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari kerja keras para petani dan dukungan teknologi pertanian yang semakin maju. Suksesnya panen raya ini juga menjadi bukti nyata keberhasilan program pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Kabupaten Bantul.
Panen Raya di Beberapa Kecamatan
Beberapa kecamatan di Bantul telah lebih dulu merayakan panen raya pada Februari dan Maret 2025. Kecamatan Jetis dan Bambanglipuro, misalnya, menjadi beberapa wilayah yang menjadi sentra tanaman padi dan berhasil mencapai hasil panen yang memuaskan. Hal ini menunjukkan distribusi hasil panen yang merata di berbagai wilayah di Bantul.
Keberhasilan panen raya di berbagai kecamatan ini menunjukkan konsistensi produktivitas pertanian di Bantul. Program-program peningkatan produktivitas pertanian yang digalakkan oleh pemerintah daerah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil panen para petani.
Kemajuan teknologi pertanian juga berperan penting dalam pencapaian ini. Penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) modern dan inovasi-inovasi pertanian lainnya telah membantu mempercepat proses tanam dan meningkatkan hasil panen secara signifikan.
Teknologi Pertanian Modern Dorong Produktivitas
Joko Waluyo menambahkan bahwa penggunaan teknologi pertanian modern telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas. "Jadi produktivitas panen delapan ton per hektare itu rata-rata se-Kabupaten Bantul, bahkan di Canden Jetis kemarin dilaporkan oleh petani itu produktivitas panen mencapai sembilan ton per hektare," jelasnya.
Penerapan teknologi modern ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membantu para petani dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga kualitas hasil panen. Inovasi pertanian terus dikembangkan untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian di masa mendatang.
Penggunaan alsintan modern, misalnya, telah membantu mempercepat proses penanaman dan pemanenan, sehingga waktu dan tenaga petani dapat lebih efisien digunakan. Inovasi pertanian lainnya juga membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
Penyerapan Gabah oleh Bulog dan Pasar
Hasil panen padi di Bantul mendapat perhatian dari Bulog. Bulog menyerap gabah langsung dari petani dengan harga Rp6.500 per kilogram. "Hasil panenan petani ini langsung dibeli dan diserap langsung oleh Bulog dengan harga sebesar Rp6.500 per kilogram gabah, karena harapan Bupati Bantul biar petani menerima uang Rp6.500 per kilogram biar untung, karena kalau lewat kemitraan di bawah Rp6.500 per hektare," terang Joko Waluyo.
Meskipun Bulog menjadi salah satu penampung utama, petani juga memiliki pilihan lain untuk menjual hasil panen mereka. "Jadi Bulog itu bukan satu-satunya yang menyerap gabah, kalau misalnya petani bisa menjual lebih tinggi daripada Bulog itu lebih baik, bisa langsung dijual ke pasar atau perorangan itu jauh lebih baik," tambah Joko Waluyo.
Hal ini menunjukkan adanya keberagaman jalur pemasaran bagi para petani, memberikan fleksibilitas dan peluang untuk mendapatkan harga terbaik untuk hasil panen mereka. Keberadaan Bulog sebagai penampung tetap memberikan jaminan harga minimal bagi para petani.
Produksi padi di Bantul diperkirakan akan terus meningkat hingga April 2025, karena periode Maret-April merupakan puncak musim panen. Setelah itu, para petani akan kembali mengolah lahan untuk mempersiapkan musim tanam berikutnya. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata potensi pertanian di Bantul dan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung kemajuan sektor pertanian.