Pariwisata Indonesia: 60 Persen Berbasis Budaya, Seba Baduy Jadi Contohnya
Kemenparekraf mengungkapkan 60 persen pariwisata Indonesia berbasis budaya, dengan Perayaan Seba Baduy di Lebak, Banten sebagai contoh nyata pelestarian budaya dan alam.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) baru-baru ini mengumumkan bahwa 60 persen dari produk pariwisata Indonesia berbasis budaya, termasuk kearifan lokal. Pengumuman ini disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, saat menghadiri Perayaan Seba Baduy di Kabupaten Lebak, Banten. Acara tersebut menjadi contoh nyata bagaimana kekayaan budaya Indonesia berkontribusi besar pada sektor pariwisata.
Hariyanto menekankan pentingnya pelestarian budaya Indonesia. "Kita hingga kini kekayaan budaya itu masih dijaga, dilestarikan dan dipelihara," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa potensi pariwisata Indonesia sebesar 60 persen disumbang oleh kekayaan budaya dan kearifan lokal, 35 persen dari kekayaan alam (dengan lebih dari 17.000 pulau dan bentangan laut yang luas), dan 5 persen dari wisata buatan.
Perayaan Seba Baduy sendiri menjadi contoh konkrit kontribusi budaya terhadap pariwisata. Bukan hanya sekadar tontonan, acara ini memiliki makna mendalam dalam mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan alam. Tetua masyarakat Baduy, dalam agenda tersebut, selalu mengingatkan pemerintah daerah untuk menjaga kelestarian 53 gunung di Kabupaten Lebak.
Kekayaan Budaya Baduy dan Pariwisata Berkelanjutan
Masyarakat Baduy telah lama berkontribusi besar dalam menjaga alam dan melestarian budaya. Hariyanto berharap Perayaan Seba dapat terus dijaga dan dipelihara karena potensinya dalam menarik wisatawan. Hal senada disampaikan oleh Tetua adat Baduy Tanggungan 12 Djaro Saidi Putra, yang menyatakan konsistensi masyarakat Baduy dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya mereka.
Perayaan Seba, menurut Djaro Saidi Putra, merupakan budaya untuk menjalin keharmonisan antara masyarakat Baduy dengan pemerintah daerah, memperkuat persatuan dan kesatuan. Perayaan Seba 2025 dihadiri oleh 1.769 orang, terdiri dari kelompok Baduy Luar dan Baduy Dalam, yang masing-masing mengenakan pakaian adat tradisional.
Setiap tahun, masyarakat Baduy menggelar Perayaan Seba sebagai ungkapan rasa syukur, membawa hasil bumi kepada kepala daerah. Mereka berharap agar masyarakat Baduy dapat hidup sejahtera dengan peningkatan ekonomi. Bupati Lebak, Mochamad Hasbi Asyidiki, juga mendukung pelestarian nilai-nilai budaya masyarakat Baduy melalui Perayaan Seba, yang diharapkan dapat mewujudkan saling tolong menolong dan saling membantu.
Rangkaian Perayaan Seba dan Nilai-nilai yang Dijunjung
Perayaan Seba biasanya dilaksanakan setelah "Upacara Kawalu", masa bertapa atau menyepi selama tiga bulan oleh masyarakat Baduy Dalam. Setelah itu, mereka berjalan kaki puluhan kilometer dari Kanekes menuju pusat pemerintahan di Rangkasbitung, bahkan terkadang hingga ke Serang. Mereka membawa hasil bumi seperti pisang, gula aren, talas, dan padi.
Kedatangan mereka disambut dengan upacara penyambutan oleh pejabat pemerintah dan pertunjukan budaya khas Banten. Nilai-nilai utama yang dijunjung dalam Seba adalah kesederhanaan (terlihat dari pakaian adat dan penolakan kendaraan modern), keteguhan terhadap adat (tata cara yang diwariskan turun-temurun), dan kerukunan (mempererat hubungan antarkelompok masyarakat Baduy dan masyarakat luar).
Perayaan Seba Baduy bukan hanya sebuah ritual budaya, tetapi juga sebuah contoh nyata bagaimana pariwisata berbasis budaya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal, sekaligus melestarikan lingkungan dan kearifan lokal. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan pariwisata berkelanjutan di berbagai daerah di Indonesia.