Tradisi Seba Badui: 1.769 Warga Badui Luar dan Dalam Sambut Bupati Lebak dan Gubernur Banten
Warga Badui merayakan tradisi Seba Gede tahun 2025 dengan mengunjungi Bupati Lebak dan Gubernur Banten, membawa hasil bumi sebagai ungkapan syukur dan melestarikan warisan leluhur.

Sebanyak 1.769 warga Badui Luar dan Badui Dalam, pada tahun 2025, melaksanakan tradisi Seba, sebuah perayaan tahunan yang sarat makna. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah sepanjang tahun. Mereka mengunjungi Bupati Lebak dan Gubernur Banten untuk menyampaikan persembahan berupa hasil bumi terbaik mereka. Perjalanan panjang dan persiapan matang menjadi bukti betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Badui.
Perayaan Seba tahun ini tergolong Seba Gede, atau Seba besar, ditandai dengan jumlah peserta yang signifikan. Sekretaris Desa Kanekes, Medi, menjelaskan bahwa perayaan bersama Bupati Lebak dilaksanakan pada Jumat (2/5) malam, dan dengan Gubernur Banten pada Sabtu (3/5) malam. Kantor Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak dipadati warga Badui pada Jumat siang, menunjukkan antusiasme dan keistimewaan acara ini.
Uniknya, 100 warga Badui Dalam bahkan melakukan perjalanan kaki sejauh 35 kilometer dari Kampung Badui Dalam. Perjalanan yang dimulai dini hari ini berakhir pukul 13.00 WIB di Kota Rangkasbitung. Kegigihan mereka menunjukkan betapa pentingnya tradisi Seba bagi kehidupan spiritual dan budaya masyarakat Badui. Tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan juga wujud penghormatan kepada leluhur dan alam.
Tradisi Seba: Ungkapan Syukur dan Silaturahmi
Tradisi Seba merupakan amanah leluhur yang harus dilestarikan. Bagi masyarakat Badui, Seba bukan sekadar perayaan, tetapi juga bentuk silaturahmi dan ungkapan rasa syukur kepada pemimpin daerah. Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Desa Kanekes, Medi, yang menekankan pentingnya menjaga kelangsungan tradisi ini. "Kami wajib melaksanakan ritual sakral Seba bersama kepala daerah di Banten, karena warisan budaya leluhur dan jika tidak dilaksanakan khawatir menimbulkan malapetaka bencana," kata Medi.
Komoditas hasil bumi yang dibawa sebagai persembahan pun beragam, mencerminkan kekayaan alam sekitar. Beras huma, pisang, gula aren, terigu laksa, iris, ja'at, dan minuman madu menjadi bagian dari persembahan yang disiapkan dengan penuh kesungguhan. Setiap hasil bumi tersebut memiliki nilai simbolis dan makna tersendiri dalam budaya Badui.
Perayaan Seba tahun ini juga mendapat perhatian internasional. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak, Efendy, menyebutkan bahwa perayaan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari delapan Kedutaan Besar di Jakarta, antara lain Bulgaria, Sudan, Iran, Ethiopia, Hungaria, Zimbabwe, Laos, dan Rusia. Kehadiran mereka diharapkan dapat memperkenalkan tradisi Seba Badui kepada dunia internasional.
Dampak Positif bagi Pariwisata dan Ekonomi Lokal
Efendy juga menambahkan bahwa Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut hadir dalam perayaan tersebut. Kehadiran tokoh penting ini diperkirakan akan semakin meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Rangkasbitung. Hal ini tentu berdampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat, khususnya para pelaku usaha.
"Kami berharap dengan adanya Seba masyarakat Badui itu berdampak positif terhadap pelaku usaha masyarakat setempat," kata Efendy. Perayaan tradisi Seba tidak hanya menjadi momentum untuk melestarikan budaya, tetapi juga sebagai peluang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Semoga tradisi ini dapat terus dilestarikan dan membawa dampak positif bagi masyarakat Badui dan lingkungan sekitarnya.
Tradisi Seba Badui menjadi bukti nyata bagaimana sebuah komunitas dapat menjaga kelestarian budaya dan sekaligus memanfaatkannya sebagai potensi untuk pengembangan ekonomi lokal. Keunikan dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini patut diapresiasi dan dilestarikan untuk generasi mendatang.