Polda Jabar Tangkap Tiga WNA Nigeria Pelaku Penipuan Online Modus Bea Cukai
Polda Jabar berhasil meringkus tiga warga negara Nigeria dan satu WNI yang melakukan penipuan online dengan modus pengiriman paket dari luar negeri dan mengaku sebagai Bea Cukai, merugikan korban hingga Rp234,5 juta.

Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat berhasil mengungkap kasus penipuan online yang melibatkan tiga warga negara asing (WNA) asal Nigeria dan seorang warga negara Indonesia (WNI). Keempat tersangka ditangkap karena melakukan penipuan dengan modus pengiriman paket internasional yang mengatasnamakan Bea Cukai. Kejadian ini mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi korban.
Modus operandi para pelaku cukup rapi. Mereka menghubungi korban melalui pesan singkat (SMS) dan mengklaim sebagai petugas Bea Cukai. Korban kemudian dihubungi melalui pesan WhatsApp untuk membangun hubungan dan kepercayaan sebelum akhirnya diminta untuk mentransfer sejumlah uang dengan alasan pembayaran pajak, denda, dan biaya dokumen terkait paket yang diklaim berasal dari luar negeri.
Total kerugian yang diderita korban akibat aksi penipuan ini mencapai Rp234,5 juta. Polisi saat ini masih melakukan penyelidikan lebih lanjut karena diduga masih ada korban lain yang belum melapor. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan penipuan ini mungkin lebih luas dari yang awalnya diperkirakan.
Modus Penipuan dan Penangkapan Tersangka
Para pelaku, yang terdiri dari tiga WNA Nigeria berinisial OOP (40), ENC (41), dan OSS (35), serta seorang WNI berinisial UK (41), mengungkapkan modus penipuan yang sistematis. Mereka menghubungi korban dan mengabarkan adanya paket berisi perhiasan emas dan uang dari London. Setelah membangun rasa percaya, mereka meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang dengan dalih biaya pajak dan denda Bea Cukai.
Proses penyelidikan melibatkan pemeriksaan terhadap tujuh saksi, termasuk empat pemilik rekening yang digunakan dalam transaksi ilegal tersebut. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Jules Abraham Abast, menjelaskan bahwa polisi masih mendalami kasus ini untuk mengidentifikasi potensi korban lain dan mengungkap kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam jaringan penipuan ini.
"Jadi dari barang bukti yang kita lihat pun banyak calon-calon korban lain yang dia coba dekati, dia coba WA langsung untuk berkenalan, kemudian dia berusaha menjalin hubungan," kata Kombes Pol Jules Abraham Abast.
Polisi juga menemukan bukti bahwa para tersangka secara aktif mencari calon korban melalui aplikasi pesan instan seperti WhatsApp. Mereka membangun hubungan dengan korban sebelum melancarkan aksi penipuan mereka.
Tersangka Terancam Hukuman Berat
Atas perbuatannya, keempat tersangka dijerat dengan pasal 51 Jo pasal 35 UU RI nomor 1 tahun 2024 tentang perubahan kedua atas UU RI nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik Jo pasal 55 dan 55 KUHPidana. Mereka terancam hukuman penjara maksimal 12 tahun dan denda paling banyak Rp12 miliar.
Kasus ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap modus penipuan online yang semakin beragam dan canggih. Penting untuk selalu memverifikasi informasi yang diterima melalui pesan singkat atau aplikasi pesan instan sebelum melakukan transaksi keuangan.
Pihak kepolisian mengimbau kepada masyarakat yang merasa menjadi korban penipuan dengan modus serupa untuk segera melapor kepada pihak berwajib agar dapat segera ditindaklanjuti. Kerjasama antara masyarakat dan aparat penegak hukum sangat penting dalam memberantas kejahatan siber.
Polda Jawa Barat berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya pencegahan dan penindakan terhadap kejahatan siber, termasuk penipuan online. Langkah-langkah preventif dan penegakan hukum yang tegas diharapkan dapat memberikan rasa aman dan melindungi masyarakat dari kejahatan siber.