Polisi Gagalkan Penyelundupan 7 CPMI Ilegal ke Arab Saudi
Tujuh calon pekerja migran Indonesia (CPMI) tanpa paspor diamankan di Bekasi, Jawa Barat, hendak diberangkatkan secara ilegal ke Arab Saudi oleh calo berinisial A.

Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) bersama Kepolisian berhasil menggagalkan upaya penyelundupan tujuh Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) secara ilegal ke Arab Saudi. Penggerebekan dilakukan pada Kamis (20/2) di sebuah rumah di Perumahan OMA Regency, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Operasi ini bermula dari laporan masyarakat yang mencurigai aktivitas penampungan pekerja migran ilegal di lokasi tersebut.
Tujuh CPMI yang semuanya perempuan, berinisial YH, RS, NA, N, IL, SA, dan NI, berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku. Mereka diamankan tanpa membawa paspor dan menjadi korban TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang). Para CPMI ini dijanjikan gaji Rp5 juta per bulan dan bonus oleh seorang calo berinisial A, yang menjanjikan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Arab Saudi.
Keberadaan mereka di rumah kontrakan di Pondok Melati merupakan bagian dari proses penampungan sebelum keberangkatan ilegal ke Arab Saudi. Para CPMI ditampung selama maksimal dua pekan sebelum rencana keberangkatan mereka digagalkan oleh pihak berwajib. Ketiadaan paspor pada para CPMI menyulitkan proses penegakan hukum, namun hal ini tidak menyurutkan semangat KP2MI dan Kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini.
Penggerebekan dan Penyelidikan Lebih Lanjut
Polisi melakukan pengintaian sebelum melakukan penggerebekan di rumah tersebut. Indikasi kuat adanya aktivitas ilegal menjadi dasar penggerebekan. Setelah mengamankan ketujuh CPMI, polisi kini tengah menelusuri jejak calo berinisial A yang diduga sebagai otak di balik penyelundupan ini. Proses penyelidikan masih terus berlanjut untuk mengungkap jaringan sindikat TPPO yang terlibat.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menyatakan komitmennya untuk mengungkap dan menindak tegas sindikat penyelundupan CPMI ilegal. "Kami telah berkoordinasi dengan aparat, mendorong penyelidikan agar pelakunya segera ditangkap dan ditindak sesuai hukum yang berlaku," tegas Menteri Karding. Pihaknya memastikan akan terus bekerja sama dengan penegak hukum untuk melindungi pekerja migran Indonesia dan mencegah praktik-praktik ilegal seperti ini.
Proses hukum akan terus berjalan untuk menjerat pelaku TPPO. Keterlibatan calo berinisial A dalam kasus ini menjadi fokus utama penyelidikan. KP2MI berharap kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi calon pekerja migran untuk selalu berhati-hati dan menggunakan jalur resmi dalam mencari pekerjaan di luar negeri.
Nasib Para CPMI
Setelah diamankan, ketujuh CPMI telah dibawa ke Rumah Ramah BP3MI Serang, Banten. Di sana, mereka akan mendapatkan perlindungan dan pendampingan, serta dimintai keterangan lebih lanjut untuk membantu penyelidikan kasus ini. KP2MI memastikan akan memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan para korban TPPO agar mereka dapat kembali ke kehidupan normal.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya peran pemerintah dalam melindungi pekerja migran Indonesia dari praktik-praktik ilegal. Penting bagi calon pekerja migran untuk selalu waspada terhadap tawaran pekerjaan yang tidak masuk akal dan memastikan proses keberangkatan melalui jalur resmi dan prosedural. Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari risiko menjadi korban TPPO dan mendapatkan perlindungan hukum yang memadai.
Langkah-langkah pencegahan dan penindakan tegas terhadap sindikat TPPO sangatlah penting. Kerja sama antara KP2MI, Kepolisian, dan instansi terkait lainnya akan terus ditingkatkan untuk melindungi hak-hak pekerja migran Indonesia dan memberantas praktik-praktik ilegal yang merugikan.