Program Makan Bergizi Gratis Batam Capai 16.844 Siswa
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Batam telah menjangkau 16.844 siswa dari 22 sekolah, dengan enam dapur pusat yang beroperasi dan rencana perluasan ke pulau-pulau terluar.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Batam, Kepulauan Riau, telah menjangkau 16.844 siswa dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Batam, Tri Wahyu Rubianto, pada Selasa, 18 Maret 2024. Program yang awalnya hanya menjangkau 13 sekolah, kini telah berkembang pesat hingga mencakup 22 sekolah di berbagai wilayah Kota Batam.
Penambahan jumlah sekolah penerima manfaat MBG ini menunjukkan komitmen pemerintah Kota Batam dalam meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak usia sekolah. Dengan adanya program ini, diharapkan para siswa dapat lebih fokus pada proses belajar mengajar tanpa perlu khawatir akan kekurangan gizi. Enam dapur pusat MBG telah beroperasi untuk menjamin ketersediaan makanan bergizi bagi para siswa.
Sistem pendistribusian makanan bergizi ini terbilang efisien dan terencana. Keenam dapur pusat tersebut tersebar strategis di berbagai wilayah, meliputi Bengkong, Anggrek Mas, Greenland, Sekupang, Batu Besar, dan Sei Beduk. Setiap dapur mampu melayani hingga maksimal 3.500 porsi makanan bergizi setiap harinya, memastikan ketersediaan makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan siswa di sekolah-sekolah yang terjangkau.
Perluasan Program MBG ke Pulau Terluar
Pemerintah Kota Batam juga tengah merencanakan perluasan program MBG ke sekolah-sekolah yang berada di pulau-pulau terluar. Namun, mengingat kendala infrastruktur dan biaya operasional, pendekatan yang berbeda akan diterapkan. "Untuk sekolah di pulau terluar, kita akan menggunakan sistem pemberdayaan masyarakat," jelas Tri Wahyu Rubianto. Sistem ini dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan membangun dapur pusat di setiap pulau, mengingat jumlah siswa di pulau-pulau tersebut relatif sedikit, berkisar antara 30 hingga 100 siswa.
Dengan sistem pemberdayaan masyarakat, diharapkan partisipasi aktif warga setempat dapat dimaksimalkan. Hal ini juga akan membantu mengurangi beban anggaran pemerintah. Namun, pengawasan tetap diperlukan untuk memastikan kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan tetap terjaga. "Nanti akan ada supervisi dari kepala SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) dari BGN (Badan Gizi Nasional)," tambah Tri.
Proses supervisi ini penting untuk memastikan standar mutu dan gizi makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan adanya pengawasan yang ketat, diharapkan program MBG di pulau-pulau terluar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat optimal bagi para siswa.
Pemilihan sistem pemberdayaan masyarakat ini juga mempertimbangkan efisiensi biaya. Membangun dapur di pulau-pulau terluar membutuhkan biaya yang cukup besar, sementara jumlah siswa yang relatif sedikit membuat pembangunan dapur kurang efektif. Oleh karena itu, sistem pemberdayaan masyarakat menjadi solusi yang lebih tepat dan berkelanjutan.
MBG Selama Bulan Ramadhan
Tri Wahyu Rubianto juga menjelaskan bahwa program MBG tetap berjalan selama bulan Ramadhan. Namun, bentuk makanan yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi bulan puasa. "MBG di bulan puasa akan tetap berjalan dengan menyediakan makanan dalam bentuk makanan kering yang bisa dibawa pulang anak untuk berbuka di rumah," ujarnya. Hal ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan pihak SPPG untuk memastikan makanan tetap bergizi dan tahan lama hingga waktu berbuka puasa.
Keputusan untuk memberikan makanan kering selama Ramadhan merupakan langkah bijak untuk memastikan program MBG tetap efektif dan efisien. Makanan kering lebih mudah disimpan dan diangkut, sehingga cocok untuk kondisi di bulan Ramadhan. Selain itu, makanan kering juga lebih tahan lama, sehingga dapat mengurangi risiko pemborosan makanan.
Dengan adanya penyesuaian ini, diharapkan program MBG tetap dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi para siswa selama bulan Ramadhan. Pemberian makanan kering juga memungkinkan siswa untuk berbuka puasa bersama keluarga di rumah.
Secara keseluruhan, program MBG di Batam telah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dengan penambahan jumlah sekolah penerima manfaat dan rencana perluasan ke pulau-pulau terluar, diharapkan program ini dapat terus memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesehatan dan gizi anak-anak di Kota Batam.