Ratusan Pelajar Keracunan MBG di Bogor, BGN Lakukan Uji Lab dan Tegur SPPG
Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan uji laboratorium dan memberikan teguran kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait kasus keracunan ratusan pelajar di Bogor akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Jakarta, 13 Mei 2024 - Ratusan pelajar di Bogor, Jawa Barat, mengalami keracunan makanan diduga akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Kejadian ini telah mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) untuk segera mengambil tindakan. Pihak BGN langsung turun tangan menyelidiki penyebab keracunan tersebut, meliputi pemeriksaan laboratorium terhadap bahan makanan dan makanan yang telah dimasak. Langkah cepat ini diambil untuk memastikan keamanan pangan dalam program MBG dan mencegah kejadian serupa terulang.
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menjelaskan bahwa timnya langsung melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan. "Jika terjadi seperti ini, kami biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras itu kepada satuan pelayanan jika melakukan hal tersebut," jelas Tigor.
Selain melakukan uji laboratorium, BGN juga memberikan teguran kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas pengelolaan makanan dalam program MBG. BGN berkomitmen untuk memastikan seluruh biaya pengobatan korban ditanggung sepenuhnya. Kerja sama dengan puskesmas setempat memastikan para pelajar yang menjadi korban mendapatkan perawatan medis yang memadai tanpa memikirkan beban biaya.
Tanggung Jawab BGN dan Sanksi bagi SPPG
BGN menegaskan komitmennya dalam menangani kasus keracunan ini. Tidak hanya melakukan investigasi dan memberikan teguran, BGN juga bertanggung jawab atas seluruh biaya pengobatan para korban. "Kemudian yang kedua, yang menjadi korban diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kami bekerja sama dengan puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," tambah Tigor.
Sebagai bentuk pencegahan, SPPG yang terlibat akan mendapatkan pelatihan tambahan, khususnya bagi penjamah makanan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani makanan, sehingga kejadian serupa dapat dihindari di masa mendatang. BGN juga akan menindak tegas pemasok bahan makanan jika ditemukan adanya ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya.
"Membeli bahan makanan kan itu dengan supplier ya, nah dia harus cek supplier itu dari mana dia dapatnya. Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu supplier-nya maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan kita setop supplier tersebut," tegas Tigor.
Misi Zero Accident Program MBG
Tigor menambahkan bahwa Presiden RI, Prabowo Subianto, memiliki misi agar pelaksanaan Program MBG terbebas dari kasus keracunan. Hal ini sejalan dengan harapan BGN untuk menjalankan program MBG dengan aman dan tanpa insiden. BGN berupaya keras untuk mencapai target zero accident dalam program MBG.
"BGN itu sangat ingin menjalankan makan bergizi ini dengan zero accident, dengan zero kasus keracunan, ini menjadi misi kami. Bayangin ini 1.200 (dapur MBG). Jumlah pengawas kita ini hanya 3 direktur. Dan juga saat ini, hanya sekitar dua puluhan pegawai kita. Nah tentu kita sangat berharap kalaupun ada kasus-kasus yang dianggap ya itu dari bahan pangan, makanya harus kita teliti dulu," pungkas Tigor Pangaribuan.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat dan penerapan standar keamanan pangan yang tinggi dalam program MBG. BGN berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan memberikan pelatihan yang memadai guna mencegah terulangnya kasus serupa di masa depan.