Ribuan Hektare Terancam, Bupati Subang Minta BBWS Segera Tangani Kekeringan Sawah
Bupati Subang Reynaldy Putra Andita mendesak BBWS Citarum segera bertindak atasi kekeringan sawah di 1.843 hektare lahan, demi menjaga ketahanan pangan nasional.

SUBANG – Bupati Subang, Reynaldy Putra Andita, mendesak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum untuk segera melakukan penanganan terhadap pendangkalan saluran irigasi. Desakan ini disampaikan guna mengatasi masalah kekeringan sawah yang kini melanda ribuan hektare areal pertanian di wilayah Subang, Jawa Barat.
Kondisi kering yang terjadi telah menimbulkan dampak signifikan, khususnya pada 1.843 hektare sawah yang tersebar di berbagai daerah di wilayah Pantura Subang. Situasi ini menjadi perhatian serius mengingat Subang merupakan salah satu lumbung padi nasional yang vital bagi ketahanan pangan Indonesia.
Menyikapi situasi darurat ini, Bupati Reynaldy memimpin langsung Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Kekeringan di wilayah Pantura pada Selasa (13/8). Rapat tersebut bertujuan merumuskan langkah-langkah konkret dan mendesak untuk menyelamatkan areal persawahan dari ancaman gagal panen.
Dampak Kekeringan Sawah dan Urgensi Penanganan
Kekeringan parah yang melanda Subang telah menyasar sejumlah wilayah sentra pertanian di Pantura. Kecamatan Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan, Compreng, dan Legonkulon menjadi daerah yang paling terdampak. Ribuan hektare lahan di lokasi-lokasi tersebut kini terancam gagal panen jika tidak segera mendapatkan penanganan yang memadai.
Subang memiliki peran strategis sebagai lumbung padi nasional, dengan luas lahan persawahan mencapai 84.570 hektare. Area ini tersebar di tiga wilayah lahan strategis, meliputi pegunungan di selatan, dataran tengah, hingga Pantura yang berdekatan dengan pesisir pantai. Rata-rata produksi padi di Subang mencapai 6,3 ton per hektare, menunjukkan kontribusi besar daerah ini terhadap pasokan beras nasional.
Oleh karena itu, penanganan kekeringan sawah di Subang bukan hanya menjadi masalah lokal, tetapi juga memiliki implikasi luas terhadap ketahanan pangan Indonesia. Pemerintah daerah merasa memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga produktivitas pertanian dan memastikan pasokan pangan tetap stabil.
Faktor Penyebab dan Solusi Penanganan Kekeringan
Bupati Reynaldy menjelaskan bahwa ada dua faktor utama yang menyebabkan kondisi kering di areal persawahan Pantura Subang. Pertama adalah pendangkalan saluran air sekunder yang menghambat aliran air ke sawah. Kedua, perlunya penyempurnaan Siphon Jatireja yang berfungsi mengatur distribusi air irigasi.
Untuk mengatasi persoalan ini, Bupati Subang secara spesifik meminta Balai Besar Wilayah Sungai Citarum dan Perum Jasa Tirta II Jatiluhur untuk segera bertindak. Langkah-langkah yang diusulkan meliputi normalisasi saluran sekunder, penyempurnaan kembali Siphon Jatireja, serta penyusunan ulang jadwal tanam yang lebih adaptif terhadap kondisi cuaca dan ketersediaan air.
Tindakan kolaboratif dari kedua lembaga tersebut dinilai krusial untuk mengembalikan fungsi irigasi secara optimal. Dengan perbaikan infrastruktur dan manajemen air yang lebih baik, diharapkan suplai air ke sawah dapat kembali normal, sehingga ancaman kekeringan dapat diminimalisir dan produktivitas pertanian tetap terjaga.