Rupiah Diperkirakan Konsolidasi, Ancaman Pelemahan hingga Rp16.800
Kurs rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan tetap berkonsolidasi, dengan potensi pelemahan hingga Rp16.800, meski indeks dolar AS turun dan ada sentimen positif dari relaksasi kebijakan Trump.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan tetap berada dalam fase konsolidasi. Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, mengungkapkan prediksi tersebut kepada ANTARA di Jakarta pada Selasa, 15 April. Ia menyebutkan peluang pelemahan rupiah terbuka hingga mencapai Rp16.800 per dolar AS, meskipun ada potensi penguatan ke arah Rp16.720.
Penguatan rupiah pada Senin (14/4) dinilai terbatas karena tidak mencapai 50 basis points (bps). Ariston Tjendra menjelaskan bahwa hal ini mengindikasikan rupiah masih rentan terhadap tekanan dolar AS, meskipun indeks dolar AS sendiri mengalami penurunan cukup signifikan di bawah level 100, suatu level yang belum pernah terjadi sejak Juli 2023. Kondisi ini menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Selain tekanan eksternal dari dolar AS, sentimen negatif dari dalam negeri juga turut memengaruhi. Pasar tampaknya masih menilai bahwa kondisi ekonomi domestik Indonesia belum cukup kuat untuk mendukung penguatan berkelanjutan rupiah. Meskipun demikian, ada juga sentimen positif yang perlu diperhatikan.
Analisa Pasar dan Sentimen Positif
Pasar merespon positif relaksasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Beberapa kebijakan tersebut antara lain pengecualian produk elektronik China dari tarif 145 persen dan penangguhan kebijakan tarif di atas batas dasar 10 persen selama 90 hari untuk 75 negara. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian global dan secara tidak langsung mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Ariston Tjendra menambahkan bahwa sebagian indeks saham Asia terlihat positif pada pagi hari Selasa. Hal ini menunjukkan adanya sentimen positif di pasar regional yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang di Asia, termasuk rupiah.
Meskipun ada sentimen positif, perlu diingat bahwa kondisi ekonomi global dan domestik masih dinamis dan dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu, prediksi pergerakan nilai tukar rupiah tetap perlu diwaspadai dan terus dipantau.
Pergerakan Rupiah di Pembukaan Perdagangan
Pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta, nilai tukar rupiah menguat sebesar 6 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.781 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp16.787 per dolar AS. Penguatan ini relatif kecil dan masih perlu dilihat perkembangannya selanjutnya.
Secara keseluruhan, situasi pasar menunjukkan adanya faktor-faktor yang saling berlawanan yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Di satu sisi, ada sentimen positif dari relaksasi kebijakan dan penguatan indeks saham Asia. Di sisi lain, masih ada tekanan dari dolar AS dan sentimen negatif internal yang perlu diperhatikan.
Ketidakpastian ini membuat pergerakan rupiah diperkirakan akan tetap berkonsolidasi dalam beberapa waktu ke depan. Para pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik untuk mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah yang lebih akurat.