Rupiah Menguat 112 Poin, Sentuh Rp16.172 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat signifikan pada penutupan perdagangan Jumat, didorong sentimen positif dari pernyataan Presiden AS dan data ekonomi AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil menguat cukup signifikan pada penutupan perdagangan Jumat. Rupiah ditutup pada level Rp16.172 per dolar AS, meningkat 112 poin atau 0,69 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.284 per dolar AS. Kenaikan ini tentu menjadi kabar baik bagi perekonomian Indonesia.
Penguatan rupiah juga terlihat pada Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia. JISDOR tercatat menguat ke Rp16.200 per dolar AS, naik dari posisi sebelumnya di Rp16.276 per dolar AS. Pergerakan positif ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap rupiah yang semakin membaik.
Beberapa faktor eksternal berkontribusi pada penguatan rupiah. Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi, menuturkan bahwa pernyataan Presiden AS Donald Trump di World Economic Forum (WEF) Davos turut mempengaruhi. Trump mendesak OPEC dan Arab Saudi untuk menurunkan harga minyak mentah serta meminta bank sentral global menurunkan suku bunga. Hal ini dinilai memberikan sentimen positif bagi pasar.
Selain itu, kebijakan Trump yang mencabut pembatasan lingkungan pada infrastruktur energi di AS sebagai bagian dari upaya meningkatkan produksi minyak dan gas domestik, juga memberikan dampak positif. Meskipun demikian, rencana Trump untuk mengenakan tarif impor 25 persen terhadap Kanada dan Meksiko serta potensi tarif 10 persen terhadap China tetap menjadi perhatian.
Data ekonomi AS juga berperan. Angka klaim pengangguran AS yang mencapai 223 ribu, melampaui estimasi 220 ribu, turut melemahkan dolar AS. Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, bahkan menyebutkan bahwa kebakaran di Los Angeles beberapa waktu lalu mungkin turut berkontribusi pada peningkatan angka pengangguran tersebut.
Meskipun demikian, Ibrahim Assuabi mengingatkan bahwa potensi penetapan tarif baru oleh Trump pada bulan Februari mendatang dapat memicu ketidakpastian di pasar. Pembatasan perdagangan baru berpotensi berdampak negatif pada pertumbuhan global dan dapat kembali menguatkan dolar AS.
Kesimpulannya, penguatan rupiah hari Jumat merupakan hasil kombinasi faktor internal dan eksternal. Pernyataan Presiden AS, data ekonomi AS, dan dinamika pasar internasional semuanya berkontribusi pada pergerakan positif nilai tukar rupiah. Namun, ketidakpastian global tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai ke depannya.