Strategi 5G NU: Visi Besar untuk Pembangunan Nasional
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengusulkan strategi 5G untuk Nahdlatul Ulama dalam memaksimalkan kontribusi bagi pembangunan nasional, mencakup visi, program, strategi penyebaran, kontrol organisasi, dan komitmen.
![Strategi 5G NU: Visi Besar untuk Pembangunan Nasional](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220124.288-strategi-5g-nu-visi-besar-untuk-pembangunan-nasional-1.jpg)
Jakarta, 5 Februari 2024 - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, atau yang akrab disapa Kiai Miftach, mengajukan sebuah gagasan strategis bagi NU untuk meningkatkan peran dalam pembangunan nasional. Gagasan ini, yang disebut strategi 5G, diungkapkannya dalam Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU 2025 di Jakarta.
Strategi 5G: Memperkuat Peran NU di Era Modern
Kiai Miftach menekankan pentingnya strategi 5G sebagai upaya merekontekstualisasi pemikiran para pendiri NU dalam kerangka ukhuwah. Strategi ini, menurut beliau, merupakan respons terhadap revolusi Industri 5.0. Konsep 5G sendiri terdiri dari lima pilar utama:
- Grand Idea: Visi dan misi NU yang memperkuat semangat pengabdian (khidmah).
- Grand Design: Program kerja terukur di semua tingkatan organisasi.
- Grand Strategy: Penyebaran program yang terencana dan terkelola kepada kader dan masyarakat luas.
- Grand Control: Garis komando organisasional yang jelas dan efektif.
- Grand Sami'na wa Atha'na: Komitmen untuk mendengar dan melaksanakan amanah.
Kiai Miftach menambahkan bahwa strategi ini sangat penting untuk memastikan program-program NU berjalan sesuai rencana dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sesaat. "Ini penting untuk mengawasi jangan sampai program yang sudah kita sampaikan di semua tingkatan tergerogoti kepentingan sementara," tegasnya.
Munas dan Konbes NU 2025: Lebih dari Sekadar Aturan
Selain strategi 5G, Kiai Miftach juga berharap Munas dan Konbes NU 2025 tidak hanya menghasilkan aturan-aturan, tetapi juga menekankan pada etika dan kepatutan dalam proses pengambilan keputusan. Beliau juga menyoroti pentingnya manfaat ekonomi dari hasil Munas dan Konbes. "Mungkin sudah waktunya kriteria batasan Ahlul Halli wal Aqdi untuk bisa memperoleh pimpinan puncak untuk membawa NU yang membuat muassis bahagia," tambahnya.
Munas dan Konbes NU 2025, yang berlangsung dari tanggal 5 hingga 7 Februari, dihadiri oleh 450 peserta. Peserta terdiri dari berbagai unsur penting dalam struktur NU, termasuk mustasyar, syuriyah, tanfidziyah, a'wan PBNU, lembaga dan banom tingkat pusat, pengurus wilayah dan cabang, serta para kiai pesantren.
Bahtsul Masail: Mengkaji Isu-Isu Aktual
Munas Alim Ulama 2025 mencakup tiga kategori bahtsul masail (diskusi keagamaan): Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah (isu keagamaan aktual), Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah (isu keagamaan tematik), dan Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyyah (isu keagamaan terkait perundang-undangan). Diskusi-diskusi ini bertujuan untuk memberikan solusi atas permasalahan keagamaan kontemporer.
Kehadiran Tamu Kehormatan
Pembukaan Munas dan Konbes NU 2025 juga dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintah, termasuk Menteri Sosial, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Wakil Menteri Hukum dan HAM, Gubernur Lemhannas, dan beberapa pejabat lainnya. Acara ini juga turut dihadiri oleh tamu dari luar negeri, seperti Imam Yahya Palavicini dari Italia dan Charles Holland Tylor dari Amerika Serikat.
Kesimpulan
Strategi 5G yang diusulkan Kiai Miftach mencerminkan upaya NU untuk terus relevan dan berkontribusi signifikan bagi pembangunan Indonesia. Munas dan Konbes NU 2025 diharapkan mampu menghasilkan rumusan strategis yang mendukung visi tersebut dan menjawab tantangan zaman.