Sukses! Pengobatan TBC di Batam Capai 95 Persen
Dinas Kesehatan Batam laporkan keberhasilan pengobatan Tuberkulosis (TBC) mencapai 95 persen hingga April 2025, meskipun masih ada kendala dalam menjangkau sebagian pasien.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) berhasil mencapai angka signifikan dalam pengobatan pasien tuberkulosis (TBC). Hingga triwulan pertama tahun 2025, tercatat 95 persen dari 1.424 kasus TBC yang ditemukan telah memulai pengobatan. Pencapaian ini menunjukkan upaya signifikan dalam penanganan penyakit menular ini di Batam. Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengungkapkan detail keberhasilan ini dan tantangan yang masih dihadapi.
Dari Januari hingga April 2025, sebanyak 1.424 kasus TBC teridentifikasi di Kota Batam. Dari jumlah tersebut, sekitar 1.352 pasien atau 95 persen telah memulai pengobatan sesuai protokol yang ditetapkan. Pengobatan TBC sendiri membutuhkan waktu minimal enam hingga sembilan bulan, tergantung kondisi pasien. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras tim kesehatan di Batam dalam mendeteksi dan menangani kasus TBC secara efektif.
Meskipun demikian, masih ada 5 persen kasus yang belum mendapatkan pengobatan. Menurut Didi Kusmarjadi, beberapa faktor menjadi penyebabnya. Beberapa pasien meninggal dunia sebelum pengobatan selesai, sementara yang lain hilang kontak atau belum memulai pengobatan sama sekali. Dinkes Batam berkomitmen untuk terus melakukan pendekatan dan upaya maksimal agar seluruh kasus TBC dapat ditangani dan target minimal nasional sebesar 95 persen dapat tercapai sepenuhnya.
Penanganan TBC di Batam: Deteksi Dini dan Pengobatan
Untuk mendukung deteksi dini TBC, Dinkes Batam telah melakukan skrining terhadap 36.113 orang sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, ditemukan sebanyak 4.997 kasus positif TBC. Target skrining tahunan Dinkes Batam sendiri adalah 36.047 orang, dan hingga April 2025, telah dilakukan sebanyak 12.171 pengujian. Hal ini menunjukkan komitmen Dinkes Batam dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan penyebaran TBC.
Salah satu kunci keberhasilan deteksi dini TBC di Batam adalah penggunaan Tes Cepat Molekuler (TCM). Alat ini tersebar di 11 fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk empat puskesmas di Batam. Dengan TCM, proses deteksi TBC dapat dilakukan lebih cepat dan akurat, sehingga penanganan dapat dilakukan secara lebih sigap dan efektif. Hal ini membantu mempercepat proses pengobatan dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
Didi Kusmarjadi menekankan pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC yang tepat waktu. "Dengan TCM ini, proses deteksi TBC bisa dilakukan lebih cepat dan akurat, sehingga penanganan juga bisa lebih sigap," ujarnya. Keberhasilan pengobatan TBC di Batam tidak terlepas dari penggunaan teknologi mutakhir ini dan komitmen petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Tantangan dan Upaya Ke Depan
Meskipun telah mencapai angka 95 persen dalam pengobatan TBC, Dinkes Batam masih menghadapi tantangan dalam menjangkau seluruh pasien. Lima persen kasus yang belum tertangani membutuhkan perhatian khusus. Upaya yang dilakukan Dinkes Batam antara lain berupa pendekatan kepada pasien yang hilang kontak dan memastikan pengobatan bagi mereka yang belum memulai pengobatan.
Dinkes Batam menyadari bahwa TBC merupakan penyakit menular yang membutuhkan penanganan jangka panjang. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengobatan akan terus ditingkatkan. Komitmen untuk mencapai target minimal nasional 95 persen pengobatan TBC akan terus dijalankan dengan berbagai strategi yang tepat sasaran dan efektif.
Keberhasilan pengobatan TBC di Batam hingga mencapai 95 persen merupakan prestasi yang patut diapresiasi. Namun, upaya untuk menjangkau seluruh pasien dan mencegah penyebaran TBC masih harus terus dilakukan. Dengan deteksi dini yang efektif dan pengobatan yang tepat, diharapkan angka kasus TBC di Batam dapat terus menurun di masa mendatang.
"Ada yang meninggal dunia, ada juga yang hilang kontak, serta sebagian lainnya belum memulai pengobatan. Namun, kami terus melakukan upaya pendekatan agar target minimal nasional, yakni 95 persen tercapai," tambah Didi Kusmarjadi.