Sulap Sampah Jadi Rupiah: Kerja Sama PHE ONWJ dan Warga Tanjungpakis Berdayakan Pesisir
Pertamina Hulu Energi ONWJ berkolaborasi dengan warga Tanjungpakis, Karawang, Jawa Barat, mengubah sampah menjadi sumber pendapatan tambahan dan mengurangi pencemaran laut.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) bersama Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Tanjungpakis, Karawang, Jawa Barat, telah meluncurkan program bank sampah yang inovatif. Program ini diluncurkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah sampah di wilayah pesisir sekaligus memberdayakan masyarakat setempat secara ekonomi. Inisiatif ini dimulai pada tahun lalu dan terus berjalan hingga saat ini, bertujuan mengurangi pencemaran laut dan meningkatkan kualitas lingkungan. Program ini berhasil karena kolaborasi antara perusahaan swasta dan masyarakat lokal yang terbukti efektif.
Program bank sampah ini melibatkan para istri nelayan sebagai pemilah sampah dan para nelayan sebagai pengangkut sampah. Dengan demikian, program ini tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, khususnya di tengah ketidakpastian hasil tangkapan laut akibat cuaca yang tidak menentu. Hal ini sejalan dengan upaya PHE ONWJ untuk mendukung program keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Inisiatif ini merupakan contoh nyata bagaimana kolaborasi antara sektor swasta dan masyarakat dapat menghasilkan solusi inovatif untuk masalah lingkungan dan sosial ekonomi. Dengan mengubah sampah menjadi sumber pendapatan, program ini memberikan dampak positif ganda, yaitu perbaikan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Mengolah Sampah Plastik Menjadi Pendapatan Tambahan
Program bank sampah di Tanjungpakis fokus pada pengolahan sampah plastik, khususnya botol air mineral kemasan yang banyak ditemukan di wilayah tersebut. Botol air mineral kemasan 600 ml dan 1,5 liter memiliki harga jual tertinggi, mencapai Rp6.000 per kilogram. Jenis sampah plastik lainnya seperti kemasan minuman 220 ml, tutup botol, dan ember plastik juga memiliki nilai jual, meskipun lebih rendah.
Para istri nelayan berperan penting dalam memilah sampah berdasarkan kategori. Keterampilan memilah sampah ini tidak hanya membantu meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah. Program ini telah berjalan selama satu setengah tahun dan memberikan dampak positif bagi perekonomian keluarga nelayan.
Sampah botol air mineral kemasan menjadi komoditas utama karena kebiasaan nelayan membawa air minum dalam kemasan saat melaut. Satu kapal dengan empat kru dapat menghasilkan dua hingga empat botol air mineral kemasan 1,5 liter per hari. Hal ini menunjukkan tingginya potensi sampah plastik di wilayah tersebut.
Menangani Sampah dari Dua Sumber Utama
Ketua KKPMP Tanjungpakis, Sopyan Iskandar, menjelaskan bahwa sampah di wilayah tersebut berasal dari dua sumber utama. Pertama, sampah rumah tangga dan limbah industri kecil yang dibuang sembarangan dari hulu sungai dan terbawa hingga ke muara. Kedua, sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat di sekitar pantai.
Sopyan menambahkan bahwa akses yang sulit ke wilayah pesisir menjadi kendala dalam pengelolaan sampah. Jumlah armada pengangkutan sampah yang terbatas dan jarak tempuh yang jauh membuat biaya pengangkutan sampah menjadi sangat tinggi. Oleh karena itu, program bank sampah ini menjadi solusi yang efektif dan efisien.
Program bank sampah ini tidak hanya fokus pada pengumpulan dan pemilahan sampah, tetapi juga mendorong perubahan perilaku masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya. Dengan memberikan edukasi dan contoh nyata, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah dapat meningkat.
Sistem Bank Sampah dan Pembagian Keuntungan
Program bank sampah di Desa Tanjungpakis dimulai dengan pembagian tempat sampah dan buku tabungan kepada 114 rumah secara gratis. Setiap kepala keluarga menjadi nasabah bank sampah dan secara berkala petugas akan mengambil sampah yang telah dipilah. Sampah yang bernilai ekonomis akan dijual ke pengepul, sedangkan sampah yang tidak bernilai ekonomis akan dimusnahkan.
Keuntungan dari penjualan sampah akan dibagi dua. Sebagian digunakan untuk operasional, seperti perawatan sekretariat, tempat sampah, upah pemilah dan pengangkut sampah. Sisanya akan menjadi tabungan nasabah dan dapat diambil kapan saja. Sistem ini terbukti efektif dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberikan dampak ekonomi yang positif.
Program ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Tanjungpakis. Banyak keluarga yang telah mengumpulkan tabungan hingga Rp400.000 dalam waktu tiga bulan. Selain itu, program ini juga menciptakan lapangan kerja baru bagi petugas pemilah dan pengangkut sampah. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara perusahaan swasta dan masyarakat dapat menciptakan solusi yang berkelanjutan dan memberdayakan.
Dari program ini, terlihat bahwa pengelolaan sampah yang baik tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan mengubah sampah menjadi aset, program ini memberikan contoh nyata bagaimana masalah lingkungan dapat diubah menjadi peluang ekonomi.