TPID Mataram Gelar Operasi Pasar Keliling Antisipasi Inflasi Pasca Lebaran
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram menggelar operasi pasar keliling untuk menekan harga kebutuhan pokok yang masih tinggi pasca Lebaran 2025, khususnya cabai rawit.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menggelar operasi pasar keliling selama empat hari, mulai Senin hingga Kamis (14-17 April 2025), sebagai langkah antisipasi lonjakan inflasi pasca Lebaran. Operasi pasar ini menyasar empat kelurahan di Kota Mataram dan difokuskan pada komoditas yang harganya masih tinggi, terutama cabai rawit lokal.
Kegiatan yang diberi nama 'Kopling' atau Kolaborasi Operasi Pasar Keliling ini melibatkan Dinas Perdagangan, Bagian Ekonomi Setda Kota Mataram, dan Bank Indonesia (BI). Keterlibatan BI memungkinkan TPID untuk menawarkan harga kebutuhan pokok di bawah harga pasar, memberikan keringanan bagi masyarakat.
Langkah ini diambil sebagai respon atas pantauan harga di lapangan yang menunjukkan harga beberapa kebutuhan pokok masih tinggi meskipun Idul Fitri dan Lebaran Ketupat telah berlalu. Salah satu komoditas yang menjadi perhatian utama adalah cabai rawit lokal, yang harganya mencapai Rp100.000 per kilogram di pasar.
Operasi Pasar Keliling Tawarkan Harga Lebih Rendah
Melalui program Kopling, masyarakat dapat membeli cabai rawit lokal dengan harga Rp90.000 per kilogram, dengan stok 25 kilogram yang disediakan setiap harinya. Selain cabai, komoditas lain yang ditawarkan dengan harga lebih murah antara lain bawang merah (Rp42.000/kg ukuran besar, Rp32.000/kg ukuran kecil), bawang putih (Rp40.000/kg), dan tomat (Rp10.000/kg).
Harga bawang merah di pasar mencapai Rp45.000 per kilogram, sementara bawang putih dijual seharga Rp45.000 per kilogram. Untuk tomat, harga pasar mencapai Rp12.000 per kilogram. Program ini juga menyediakan telur dengan harga Rp50.000 per tray (30 butir), lebih rendah dari harga pasar yang mencapai Rp55.000-Rp60.000 per tray. Minyakita juga tersedia sebanyak 240 liter dengan harga eceran tertinggi (HET) yaitu Rp15.700 per liter.
Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida, menjelaskan bahwa operasi pasar ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dan menjaga stabilitas harga di tengah masih tingginya permintaan beberapa komoditas pasca Lebaran. "Kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan ketersediaan dan harga yang terjangkau," ujar Sri Wahyunida.
Tingginya Permintaan Picu Harga Tinggi
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Dasan Agung, yang juga bernama Sri, menjelaskan bahwa tingginya harga cabai dan komoditas pertanian lainnya masih dipengaruhi oleh permintaan yang tinggi. Ia menyebut tradisi di Pulau Lombok menjelang musim haji turut berkontribusi pada peningkatan permintaan.
"Setelah Lebaran, masuk musim haji. Para calon jamaah haji biasanya mengadakan selamatan, zikir, dan doa sebelum berangkat ke Tanah Suci. Untuk menjamu tamu, mereka menyiapkan berbagai hidangan, sehingga permintaan bahan pangan meningkat," jelas pedagang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya juga turut mempengaruhi dinamika harga di pasar.
Operasi pasar keliling ini diharapkan dapat membantu meredam gejolak harga dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Kota Mataram. Dengan harga yang lebih terjangkau, diharapkan daya beli masyarakat tetap terjaga dan inflasi dapat dikendalikan.
Ke depannya, TPID Kota Mataram akan terus memantau perkembangan harga kebutuhan pokok dan melakukan intervensi jika diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.