Waspada Penyakit dan Trauma Pascabanjir Jakarta
Banjir Jakarta menimbulkan risiko penyakit seperti leptospirosis dan trauma, sehingga masyarakat perlu waspada dan segera mendapatkan penanganan medis jika diperlukan.

Banjir yang melanda sebagian wilayah Jakarta pada Senin, 3 Maret 2023 dini hari hingga surut pada Rabu, 5 Maret 2023 malam sekitar pukul 23.00 WIB, menyisakan dampak kesehatan yang perlu diwaspadai masyarakat. Bencana alam ini tidak hanya menyebabkan kerusakan harta benda, tetapi juga memicu berbagai penyakit dan masalah kesehatan mental. Ketinggian air yang mencapai lebih dari tiga meter mengakibatkan berbagai risiko kesehatan bagi warga yang terdampak.
Menurut dr. Rachmat Aminullah dari Puskesmas Kramat Jati, penyakit yang paling sering muncul pascabanjir adalah gatal-gatal, trauma fisik, dan infeksi. Leptospirosis, penyakit yang ditularkan melalui hewan seperti tikus, menjadi salah satu ancaman serius. "Yang paling banyak itu memang keluhan gatal-gatal, atau kita sering menyebutnya leptospirosis yang ditularkan oleh tikus atau hewan lain bisa terjadi. Gejalanya meliputi demam, dan nyeri di betis atau mata," jelasnya dalam diskusi daring.
Selain leptospirosis, penyakit lain yang perlu diwaspadai antara lain diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta trauma akibat luka dan pecahan benda di dalam air. Penting bagi warga yang mengalami gejala-gejala tersebut untuk segera memeriksakan diri ke posko tanggap darurat terdekat guna mendapatkan penanganan medis yang tepat. "Kalau korban mengalami gejala-gejala, harus segera memeriksakan ke posko tanggap darurat terdekat untuk ditangani. Kita tidak boleh menganggap enteng penyakit yang kita rasakan," tegas dr. Rachmat.
Penyakit dan Trauma Pascabanjir
Tidak hanya penyakit fisik, dampak psikologis pascabanjir juga perlu diperhatikan. Psikolog klinis Marina Nurrahmani dari Puskesmas Kramat Jati menjelaskan bahwa meskipun tidak semua orang yang mengalami bencana banjir akan mengalami trauma, namun stres pascabencana adalah hal yang wajar. "Kebanyakan orang hanya mengalami stres, karena situasi yang tidak nyaman dan penuh ketidakpastian. dan itu wajar," kata Marina.
Namun, ia menekankan pentingnya mengelola stres dengan baik. Memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, seperti makan dengan baik, cukup tidur, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur, sangat penting untuk mencegah stres berlanjut menjadi trauma. "Jika stres berlanjut bahkan setelah situasi membaik, bisa jadi itu trauma," tambahnya. Dukungan dari keluarga, teman, atau profesional juga sangat dianjurkan bagi mereka yang merasa sangat tertekan.
Selain itu, kualitas air bersih menjadi masalah utama pascabanjir. Ressa Chintiastuty, tenaga sanitasi Puskesmas Kramat Jati, menyarankan penggunaan air kemasan pabrik sebagai solusi paling aman. Air isi ulang juga bisa digunakan, tetapi harus dipastikan tidak terdampak banjir dan sebaiknya direbus terlebih dahulu. "Kalau sumber air juga ikut terendam banjir maka air kemasan pabrik jadi solusi paling aman. Air isi ulang juga bisa digunakan, tetapi pastikan tidak terdampak banjir dan sebaiknya dimasak dulu," ujarnya.
Sanitasi dan Pencegahan
Untuk membersihkan rumah pascabanjir, Ressa menyarankan penggunaan hidrogen peroksida atau cairan disinfektan untuk memastikan seluruh ruangan benar-benar tersanitasi. Barang-barang yang sulit dikeringkan secara total sebaiknya diganti, karena sulit memastikan kebersihannya dari kuman dan bakteri. "Barang-barang yang sulit kering total itu saya sarankan memang harus diganti total, karena kita enggak bisa memastikan setelah dibersihkan dia itu sudah bebas dari kuman dan bakteri," ungkapnya.
Kesimpulannya, pascabanjir Jakarta, masyarakat perlu mewaspadai berbagai penyakit dan dampak psikologis. Penanganan medis yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah kondisi yang lebih serius. Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola stres dengan baik merupakan langkah penting untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental pascabencana.
Langkah-langkah pencegahan dan sanitasi yang tepat juga perlu dilakukan untuk meminimalisir risiko penyebaran penyakit. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan selalu menjaga kesehatan.