Inflasi Kota Malang Capai 1,07 Persen, Kenaikan Tarif Listrik Jadi Biang Keladi
Kenaikan tarif listrik menjadi penyebab utama inflasi di Kota Malang pada April 2025 yang mencapai 1,07 persen, berdasarkan data BPS Kota Malang.
Kota Malang, Jawa Timur, mengalami inflasi sebesar 1,07 persen pada bulan April 2025. Hal ini diungkapkan oleh Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjarifudin, pada Jumat lalu. Kenaikan tarif listrik menjadi salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan angka inflasi tersebut. Berdasarkan data yang dikumpulkan, kenaikan tarif listrik berkontribusi signifikan terhadap inflasi bulan lalu.
Penyebab utama kenaikan inflasi ini adalah berakhirnya diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang berlaku sebelumnya. Akibatnya, tarif listrik kembali ke harga normal, dan dampaknya terasa hingga bulan April karena tagihan bulan Maret dibayarkan pada bulan April, khususnya untuk pelanggan pascabayar. Selain itu, beberapa komoditas lain juga berkontribusi terhadap peningkatan angka inflasi di Kota Malang.
Meskipun kenaikan tarif listrik menjadi faktor dominan, beberapa komoditas lain juga ikut andil dalam mendorong inflasi. Hal ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi perekonomian Kota Malang. Pemerintah setempat perlu memperhatikan faktor-faktor ini untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.
Kenaikan Tarif Listrik Dominasi Inflasi Kota Malang
Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjarifudin, memaparkan bahwa kenaikan tarif listrik mencapai 36,5 persen dan berkontribusi sebesar 1,11 persen terhadap total inflasi April 2025. Berakhirnya program diskon tarif listrik menjadi penyebab utama lonjakan harga ini. Dampaknya terasa signifikan karena tagihan listrik bulan Maret baru dibayarkan pada bulan April. Kondisi ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan ekonomi ke depan.
Selain kenaikan tarif listrik, beberapa komoditas lain juga mengalami peningkatan harga. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi di Kota Malang dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya terbatas pada kenaikan tarif listrik. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap inflasi dan merumuskan strategi penanggulangan yang tepat.
Data BPS menunjukkan bahwa kenaikan harga emas juga memberikan andil terhadap inflasi. Emas mengalami inflasi sebesar 11,14 persen dengan kontribusi 0,18 persen terhadap total inflasi. Komoditas lain yang turut menyumbang inflasi antara lain bawang merah (9,39 persen, andil 0,04 persen), santan jadi (20,62 persen, andil 0,03 persen), labu siam (16,09 persen, andil 0,02 persen), kopi bubuk (2 persen, andil 0,01 persen), dan sepeda motor (1,21 persen, andil 0,01 persen).
Beberapa komoditas lainnya juga mengalami kenaikan harga, meskipun kontribusinya relatif kecil terhadap inflasi secara keseluruhan. Biskuit naik 3,35 persen (andil 0,01 persen), tomat naik 14,97 persen (andil 0,01 persen), dan beras naik 0,22 persen (andil 0,01 persen). Data ini menunjukkan bahwa kenaikan harga terjadi pada berbagai jenis komoditas, meskipun dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda.
Komoditas yang Menahan Laju Inflasi
Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, sejumlah komoditas lain justru mengalami penurunan harga atau deflasi. Hal ini membantu menahan laju inflasi agar tidak semakin tinggi. Komoditas yang mengalami deflasi antara lain cabai rawit (-0,14 persen), daging ayam ras (-0,12 persen), telur ayam ras (-0,06 persen), cabai merah (-0,05 persen), wortel (-0,02 persen), jagung manis (-0,01 persen), dan apel (-0,01 persen).
Penurunan harga pada komoditas-komoditas tersebut memberikan dampak positif terhadap inflasi. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga komoditas pangan cukup dinamis dan perlu dipantau secara berkala. Pemerintah perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas ini untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan.
Selain komoditas pangan, beberapa komoditas non-pangan juga mengalami deflasi. Bensin turun 0,03 persen (andil -0,47 persen terhadap deflasi), tarif pulsa ponsel turun 0,02 persen (andil -1,37 persen terhadap deflasi), dan tarif kendaraan roda dua online turun 0,01 persen (andil -3,61 persen terhadap deflasi). Penurunan harga pada komoditas-komoditas ini turut berkontribusi dalam menekan angka inflasi.
Inflasi Kota Malang sebesar 1,07 persen pada April 2025 lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Timur (0,93 persen), tetapi lebih rendah daripada inflasi nasional (1,17 persen). Perbandingan ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Kota Malang relatif masih terkendali dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Kesimpulannya, inflasi di Kota Malang pada bulan April 2025 didorong oleh beberapa faktor, dengan kenaikan tarif listrik sebagai faktor utama. Meskipun beberapa komoditas mengalami deflasi, peningkatan harga pada sejumlah komoditas lainnya, terutama tarif listrik, menyebabkan angka inflasi tetap berada di angka 1,07 persen. Pemerintah perlu terus memantau dan mengantisipasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi inflasi di masa mendatang.