Banjir di Bintan, Kepri: 721 KK Terdampak Cuaca Ekstrem
Hujan deras selama dua hari menyebabkan banjir di Bintan, Kepri, yang telah mempengaruhi 721 kepala keluarga dan memaksa lebih dari 100 orang mengungsi.

Banjir yang disebabkan oleh cuaca ekstrem telah melanda Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri), mengakibatkan dampak signifikan terhadap 721 kepala keluarga (KK) atau 1.586 jiwa. Bencana ini terjadi di dua kecamatan, Bintan Timur dan Bintan Utara, antara Rabu (19/3) dan Kamis (20/3) 2025, akibat intensitas curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan. Genangan air mencapai 30 centimeter di beberapa wilayah, terutama di Bintan Utara, dengan limpasan permukaan yang cukup tinggi di beberapa titik, termasuk area Pasar Berdikari Kijang dan Jalan Wacopek.
Kepala Pelaksana BPBD Bintan, Ramlah, menyatakan bahwa hujan deras selama dua hari telah menyebabkan banjir yang merendam sejumlah fasilitas sosial dan umum. "Bencana banjir disebabkan intensitas curah hujan tinggi dan berkepanjangan," kata Ramlah dalam keterangannya. Beberapa fasilitas umum yang terdampak meliputi Posyandu Bunga dan Polindes di Tanjunguban Timur. Kondisi ini memaksa sebagian warga mengungsi, dengan sekitar 110 jiwa di Bintan Utara dan 15 jiwa di Bintan Timur mencari perlindungan di gedung-gedung umum seperti Gedung Nasional dan Masjid Al-Hikmah.
BPBD Bintan segera merespon situasi darurat ini dengan berbagai upaya penanggulangan bencana. Dua dapur umum didirikan di Gedung Nasional dan Sei Mantang untuk memenuhi kebutuhan makanan para pengungsi. Selain itu, BPBD bersama stakeholder terkait melakukan Rapid Assessment untuk menilai kerusakan, kerugian, dan kebutuhan dasar warga terdampak. Unsur gabungan dari Pemkab Bintan, TNI/Polri, dan relawan turut serta dalam proses evakuasi, pembersihan, dan pendistribusian logistik.
Dampak Banjir di Bintan Timur dan Bintan Utara
Di Kecamatan Bintan Timur, sebanyak 288 KK (744 jiwa) terdampak banjir, sementara satu KK terdampak angin kencang. Di Kecamatan Bintan Utara, dampaknya lebih besar, dengan 433 KK (842 jiwa) terdampak banjir. Tinggi genangan air bervariasi, dengan beberapa rumah terendam hingga ketinggian dada orang dewasa. Lokasi-lokasi yang terdampak banjir meliputi samping Potong Ayam Kampung dan Musholla Nurul Hasanah di Kampung Jeruk, serta Jalan Latif Taher menuju Kampung Bugis.
Banjir juga menyebabkan tergenangnya beberapa fasilitas sosial, termasuk Pasar Baru Tanjunguban dan area Pasar Berdikari Kijang. Kondisi ini menimbulkan kesulitan bagi warga yang bergantung pada pasar-pasar tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kerusakan infrastruktur juga perlu dipertimbangkan dalam proses pemulihan pasca-banjir.
Upaya evakuasi dan pendistribusian bantuan logistik terus dilakukan oleh tim gabungan. Gedung Nasional, Masjid Al-Hikmah, dan Posyandu Bunga Raya di Bintan Utara menjadi tempat pengungsian sementara bagi warga yang rumahnya terendam banjir. BPBD Bintan berkomitmen untuk terus memantau situasi dan memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang terdampak.
Upaya Penanganan dan Imbauan Waspada
BPBD Bintan, bersama dengan berbagai stakeholder, telah melakukan Rapid Assessment untuk menilai kerusakan dan kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak. Kegiatan ini melibatkan unsur dari Pemkab Bintan, TNI/Polri, dan relawan. Tim gabungan juga melakukan peninjauan lokasi banjir, penyedotan air, pembersihan rumah warga dan jalan, serta evakuasi korban dan pendistribusian logistik.
Selain itu, BPBD juga telah mendirikan dua dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makanan warga terdampak. Dapur umum tersebut berlokasi di Gedung Nasional dan Sei Mantang, RW 004. Langkah-langkah ini menunjukkan kesigapan pemerintah daerah dalam menangani bencana banjir yang melanda Kabupaten Bintan.
Ramlah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama saat hujan lebat. Masyarakat dihimbau untuk mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang. Perkiraan BMKG menunjukkan potensi cuaca ekstrem hujan disertai angin kencang terjadi pada tanggal 18 sampai 21 Maret 2025.
Kejadian ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di daerah rawan banjir. Kerjasama antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat sangat krusial dalam meminimalisir dampak bencana dan memastikan keselamatan warga.