Banjir Rendam 6 Desa di Sulteng Akibat Hujan Deras dan Rob
Hujan deras dan rob melanda enam desa di Sulawesi Tengah, menyebabkan kerusakan rumah, infrastruktur, dan lahan pertanian, serta memaksa sejumlah warga mengungsi.
![Banjir Rendam 6 Desa di Sulteng Akibat Hujan Deras dan Rob](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/02/130027.098-banjir-rendam-6-desa-di-sulteng-akibat-hujan-deras-dan-rob-1.jpg)
Banjir melanda enam desa di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Minggu, 2 Juli 2023, akibat intensitas hujan tinggi dan rob. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sulteng, Andy Sembiring, melaporkan kejadian ini dari Palu. Bencana ini menimbulkan kerusakan dan kerugian yang signifikan bagi warga setempat, memicu upaya penanggulangan bencana yang segera dan terpadu.
Banjir di Kabupaten Toli-Toli disebabkan meluapnya sungai setelah hujan deras. Desa-desa yang terdampak meliputi Ogomatanang (Kecamatan Lampasio), Kayulompoa, Kongkomos, dan Silondou (Kecamatan Basidondo). Di Kabupaten Buol, banjir rob menerjang Desa Taat (Kecamatan Badung), sedangkan di Parigi Moutong, Desa Sausu Peore (Kecamatan Sausu) menjadi korban banjir rob.
Di Toli-Toli, dampak banjir cukup parah. Berdasarkan asesmen sementara, 10 rumah warga dan sekitar 105 hektare lahan perkebunan terendam. Di Desa Kayulompoa, kerusakan meliputi dua rumah warga, satu jembatan putus, dan satu tiang listrik ambruk. Di Desa Silondou dan Kongkomos, sedikitnya 350 kepala keluarga (KK) terdampak. Data di Desa-desa lainnya masih dalam proses pendataan.
Banjir rob di Buol dan Parigi Moutong disebabkan oleh air laut pasang dan gelombang tinggi yang mengancam pemukiman di pesisir. Di Desa Taat, Buol, tercatat 22 KK dan 22 rumah terdampak, dengan 4 KK mengungsi. Sementara itu, di Desa Sausu Peore, Parigi Moutong, 100 rumah dan 100 KK terdampak banjir rob.
BPBD Sulteng berkoordinasi dengan tim reaksi cepat (TRC) BPBD kabupaten setempat, aparat desa, dan melakukan asesmen menyeluruh. Mereka juga berkoordinasi untuk memastikan bantuan sampai kepada warga yang membutuhkan. Kerja sama ini penting untuk memastikan penanganan bencana yang efektif dan efisien.
Kebutuhan mendesak warga terdampak meliputi sembako, normalisasi sungai di Toli-Toli, dan pembangunan tanggul untuk melindungi pemukiman dari abrasi pantai di daerah yang terdampak rob. Hal ini menunjukkan pentingnya infrastruktur yang tangguh untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di daerah rawan. Koordinasi dan kolaborasi antar lembaga pemerintah, serta partisipasi masyarakat, menjadi kunci dalam mengurangi dampak dan kerugian yang diakibatkan oleh bencana.