Cegah Keracunan Massal, BGN Terapkan Kebijakan Baru Pengelolaan Sisa MBG
Badan Gizi Nasional (BGN) menerapkan kebijakan baru untuk mencegah keracunan berulang setelah insiden di Cianjur, Jawa Barat, dengan mewajibkan pembersihan sisa Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG).

Jakarta, 24 April 2024 - Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah tegas untuk mencegah terulangnya kasus keracunan massal akibat Makanan Bergizi Gratis (MBG) seperti yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kebijakan baru diterapkan, mewajibkan pembersihan sisa MBG dilakukan di Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) dan bukan lagi di sekolah-sekolah.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan kebijakan ini diambil setelah peninjauan langsung ke lokasi kejadian di Cianjur. "Saya sudah meninjau ke Cianjur," kata Dadan, "penyebab utama masih di laboratorium, kita belum cek, hanya ada yang kurang pada saat mengecek itu karena sisa makanan yang diduga menimbulkan keracunan itu, sudah dibersihkan di sekolah sehingga kami tidak bisa ambil sampelnya, jadi kita menambah SOP bahwa sisa makanan itu tidak boleh dibersihkan di sekolah, harus dibawa ke SPPG."
Kejadian di Cianjur menjadi pembelajaran penting bagi BGN dalam meningkatkan sistem pengawasan dan kualitas layanan MBG. Langkah ini bertujuan untuk memastikan keamanan pangan bagi anak-anak sekolah dan mencegah insiden serupa terjadi di masa mendatang. Selain itu, BGN juga menekankan pentingnya evaluasi berkala dan pelatihan berkelanjutan bagi para petugas SPPG.
Kebijakan Baru dan Saran Perbaikan
Selain mewajibkan pembersihan sisa MBG di SPPG, BGN juga memberikan beberapa saran penting kepada pengelola SPPG. Salah satunya adalah mengganti food tray atau tempat makan dari bahan plastik dengan bahan yang lebih aman. Perbaikan lain yang disarankan adalah pemisahan proses barang masuk dan keluar di SPPG untuk mencegah kontaminasi.
BGN berkomitmen untuk terus melakukan evaluasi harian terhadap penyaluran MBG. "Kami selalu evaluasi tiap hari, setiap jam 16.00 WIB kami melakukan evaluasi," ujar Dadan. "Jadi apapun yang terjadi, kami evaluasi tiap hari. Perbaikan-perbaikan kami lakukan dan mohon diingat juga, bahwa SPPG yang sudah jalan itu kan 1.079 dan sudah melayani lebih dari 3 juta, Meski kita menginginkan zero incident, tetapi kejadian-kejadian itu selalu saja ada."
Sebagai tindak lanjut dari kejadian di Cianjur, BGN akan menyelenggarakan pelatihan ulang bagi seluruh pegawai SPPG. "Yang di Cianjur itu sudah jalan dari 15 Januari 2024, jadi kelihatannya perlu penyegaran kembali. Untuk seluruh pegawai itu, kita training ulang pada Sabtu-Minggu agar meningkatkan kualitas layanannya," ucap Dadan.
Penguatan Sistem Pengawasan dan Pelatihan
BGN menyadari pentingnya memperkuat sistem pengawasan dan pelatihan untuk memastikan keamanan pangan sekolah yang berkelanjutan. Oleh karena itu, BGN berkomitmen untuk memperketat pengawasan dan meningkatkan kualitas pelatihan bagi seluruh petugas SPPG. "Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tetapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," tegas Dadan.
Dengan kebijakan dan langkah-langkah yang telah diambil, BGN berharap dapat mencegah kejadian serupa di masa mendatang dan memastikan program MBG tetap berjalan dengan aman dan efektif, memberikan manfaat gizi optimal bagi anak-anak sekolah di seluruh Indonesia. Program ini telah menjangkau lebih dari 3 juta anak melalui 1.079 SPPG yang tersebar di berbagai wilayah.
Langkah-langkah yang dilakukan BGN ini menunjukkan komitmen serius pemerintah dalam menjaga keamanan pangan dan kesehatan anak-anak Indonesia. Kejadian di Cianjur menjadi momentum penting untuk memperbaiki dan meningkatkan sistem yang sudah ada, guna memastikan keberhasilan program MBG dan kesejahteraan anak-anak Indonesia.