Cirebon Genjot Pembentukan BKK Tekan Pengangguran, Sasar Kaum Muda
Kota Cirebon gencar membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK) di sekolah dan perguruan tinggi untuk mengurangi pengangguran, terutama di kalangan pemuda, ditandai dengan penurunan angka pengangguran terbuka.

Kota Cirebon, Jawa Barat, tengah gencar membentuk Bursa Kerja Khusus (BKK) di berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan perguruan tinggi. Langkah ini merupakan upaya konkret untuk menekan angka pengangguran terbuka (TPT), khususnya di kalangan usia muda, hingga tahun 2025.
Inisiatif ini diprakarsai oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cirebon sebagai jembatan penghubung antara lulusan lembaga pendidikan dengan kebutuhan riil dunia industri. Kepala Disnaker Kota Cirebon, Agus Suherman, menjelaskan bahwa BKK dirancang sebagai sarana penyaluran tenaga kerja langsung dari institusi pendidikan, memberikan akses informasi pekerjaan kepada siswa dan mahasiswa bahkan sebelum kelulusan. "BKK ini kami siapkan untuk mempercepat proses penyaluran lulusan ke dunia kerja. Harapannya, para siswa dan mahasiswa sudah memiliki akses informasi kerja bahkan sebelum mereka lulus," katanya.
Program pembentukan BKK ini sejalan dengan tren penurunan TPT di Kota Cirebon. Data menunjukan penurunan angka pengangguran dari 7,6 persen (sekitar 13.800 orang) pada tahun 2023 menjadi 6,29 persen (sekitar 12.500 orang) pada tahun 2024. Penurunan ini merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, termasuk mitra kerja Disnaker yang aktif membuka peluang kerja dan menjalin kemitraan dengan lembaga pendidikan.
Strategi Menekan Angka Pengangguran di Cirebon
Pembentukan BKK merupakan salah satu strategi utama dalam upaya menekan angka pengangguran di Kota Cirebon. Agus Suherman meyakini bahwa BKK akan memperkuat ekosistem ketenagakerjaan yang lebih responsif terhadap kebutuhan industri. "Peluang kerja akan lebih cepat terserap jika ada sistem yang menghubungkan pencari kerja dengan industri sejak dini. Itu yang sedang kami bangun lewat BKK," ujarnya. Selain pembentukan BKK, pemerintah daerah juga menginisiasi sinergisitas regional melalui forum ketenagakerjaan di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).
Forum ini berperan sebagai wadah koordinasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan pekerja dalam membahas isu ketenagakerjaan lintas wilayah. Upaya menjaga hubungan industrial yang sehat juga menjadi fokus Disnaker Kota Cirebon. Pihaknya mendorong terciptanya iklim kerja yang kondusif dan berkeadilan melalui komunikasi yang baik antara pengusaha dan pekerja, mencegah konflik yang dapat mengganggu iklim kerja. "Kami fokus menjaga komunikasi yang baik antara pengusaha dan pekerja agar tidak terjadi konflik yang bisa mengganggu iklim kerja. Kondusifitas kota tetap jadi prioritas," kata Agus.
Disnaker Kota Cirebon juga berkomitmen mencegah praktik-praktik yang merugikan pekerja, seperti penahanan ijazah oleh perusahaan atau kesenjangan besar antara hak dan kewajiban tenaga kerja dengan pengusaha. "Hubungan yang harmonis itu kunci. Kita ingin semua pihak merasa aman dan dihargai," tegas Agus.
Pentingnya Pelatihan Kerja yang Relevan
Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, menekankan pentingnya pelatihan kerja yang relevan dengan kebutuhan lapangan kerja. Pelatihan kerja tidak boleh bersifat seremonial, melainkan harus sesuai dengan spesifikasi industri. "Pelatihan itu penting, tapi jangan asal. Harus sesuai dengan klasifikasi dan spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan industri," kata Effendi.
Effendi mengapresiasi langkah-langkah strategis Disnaker dan para mitra, serta penurunan angka pengangguran sebagai bukti keberhasilan upaya bersama. Ia berharap kerja sama yang lebih kuat dapat terwujud untuk masa depan yang lebih baik. "Mudah-mudahan semua sepakat. Kita ingin bangun kerja sama yang lebih kuat," ucapnya.
Kesimpulannya, upaya menekan angka pengangguran di Kota Cirebon melalui pembentukan BKK dan sinergisitas regional menunjukkan hasil positif. Komitmen pemerintah daerah dalam menciptakan iklim kerja yang kondusif dan pelatihan kerja yang relevan menjadi kunci keberhasilan program ini.