Deflasi di DIY: Diskon Tarif Listrik Jadi Biang Keladinya?
Pemerintah Provinsi DIY sebut deflasi yang terjadi disebabkan oleh diskon tarif listrik PLN, sehingga daya beli masyarakat dinilai tidak menurun.

Deflasi melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Januari-Februari 2025, dengan angka 0,35 persen secara month to month (mtm) dan inflasi year on year (yoy) sebesar 0,95 persen. Namun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY memberikan pernyataan mengejutkan terkait penyebabnya. Bukan karena penurunan daya beli masyarakat, melainkan karena kebijakan diskon tarif listrik yang diterapkan PLN.
Kepala Bagian Rekayasa Perekonomian Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setprov DIY, Eling Priswanto, menjelaskan bahwa stok pangan yang melimpah membuat kondisi deflasi ini tampak seperti berlimpahnya kebutuhan. "Adanya deflasi di DIY sebenarnya bukan disebabkan daya beli yang menurun, namun disebabkan adanya tekanan kebijakan dari pusat terkait pemberian diskon tarif listrik," tegas Eling dalam keterangannya di Kulon Progo, Rabu (13/3).
Eling menekankan peran besar diskon tarif listrik sebagai faktor utama deflasi. Ia memprediksi deflasi akan berlanjut hingga Maret 2025, mengingat dampak diskon listrik pascabayar pada Januari-Februari baru terasa satu bulan kemudian. "Pemberian diskon tarif listrik andil besar yang menyebabkan deflasi di DIY," tambahnya. Setelah Maret, diproyeksikan kondisi ekonomi akan kembali normal pada April 2025.
Dampak Deflasi dan Langkah Pemprov DIY
Meskipun deflasi terjadi, dampaknya terhadap perekonomian DIY dinilai tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan oleh kekuatan sektor ekonomi kreatif di DIY yang mampu mengimbangi perlambatan ekonomi akibat deflasi. "Ekonomi kreatif dapat mengimbangi perlambatan ekonomi di DIY. Jadi saling mengimbangi," jelas Eling.
Menariknya, Pemprov DIY belum mengambil langkah khusus untuk mengatasi deflasi. Mereka memilih untuk menunggu perkembangan dampak diskon tarif listrik hingga Maret 2025 berakhir. "Faktor utama deflasi adalah kebijakan diskon tarif listrik, coba nanti kita lihat apakah setelah tidak ada kebijakan itu, deflasi masih atau tidak, baru kita evaluasi dan tentukan langkah-langkah selanjutnya," ungkap Eling.
Eling menambahkan bahwa faktor-faktor lain juga turut mempengaruhi deflasi, salah satunya adalah stok pangan yang saat ini terbilang aman. Ia mengakui bahwa menstabilkan harga dari kondisi tinggi ke rendah lebih mudah daripada menaikkannya dari kondisi rendah ke tinggi. "Memang tidak mudah persoalan ini. Namun lebih mudah menstabilkan harga dari tinggi ke rendah, dari pada menaikkan harga dari yang semula rendah ke harga tinggi. Hal ini dibutuhkan tenaga dan pikiran yang lebih banyak," tutupnya.
Analisis Lebih Dalam Mengenai Deflasi di DIY
Pernyataan Pemprov DIY ini memberikan sudut pandang baru terhadap fenomena deflasi di DIY. Kebijakan pemerintah pusat terkait diskon tarif listrik, yang awalnya bertujuan untuk meringankan beban masyarakat, ternyata memiliki dampak tak terduga terhadap perekonomian daerah. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam mengelola kebijakan ekonomi dan pentingnya mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan.
Ketahanan ekonomi DIY yang disokong oleh sektor ekonomi kreatif menjadi faktor penting yang mampu meredam dampak negatif deflasi. Namun, tetap perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi secara cermat untuk memastikan stabilitas ekonomi DIY tetap terjaga di masa mendatang. Langkah antisipatif perlu dipersiapkan jika deflasi berlanjut atau muncul permasalahan ekonomi lainnya.
Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk menganalisis secara komprehensif dampak diskon tarif listrik terhadap daya beli masyarakat dan sektor-sektor ekonomi lainnya di DIY. Data yang akurat dan analisis yang mendalam sangat penting untuk merumuskan kebijakan ekonomi yang tepat dan efektif.