Fakta 15.700 Dashat, Kemendukbangga Optimalkan Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk Atasi Stunting pada 3B
Kemendukbangga/BKKBN optimalkan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) untuk perluas cakupan Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil, menyusui, dan balita (3B) demi percepatan penurunan stunting.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN tengah gencar mengoptimalkan program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat). Langkah ini bertujuan memperluas cakupan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh wilayah Indonesia. Inisiatif ini secara khusus menyasar kelompok rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD, yang dikenal sebagai kelompok 3B.
Deputi Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat Kemendukbangga/BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso, menjelaskan optimalisasi ini. Beliau menyampaikannya dalam gelar wicara yang diselenggarakan di ANTARA Heritage Center Jakarta pada Selasa (20/8). Dashat selama ini terbukti efektif mengedukasi masyarakat dalam pemanfaatan pangan lokal.
Edukasi tersebut berfokus pada pemenuhan gizi esensial selama 1.000 hari pertama kehidupan, terutama pada usia 0-2 tahun. Program ini didukung penuh oleh ribuan kader di lapangan yang menjadi ujung tombak. Upaya ini merupakan bagian integral dari komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah gizi.
Peran Dashat dalam Edukasi Gizi Berbasis Lokal
Teguh Santoso menekankan bahwa edukasi gizi melalui Dashat mencakup tiga poin utama. Yaitu menemukan, mengolah, dan menyajikan bahan pangan lokal secara tepat. Saat ini, terdapat sekitar 15.700 kelompok Dashat yang tersebar di berbagai desa.
Kelompok-kelompok ini diinisiasi langsung oleh para kader di lapangan. Tujuannya adalah untuk memastikan pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Pendekatan ini sangat mengandalkan kearifan lokal yang ada di setiap wilayah.
Optimalisasi Dashat ini menjadi potensi besar untuk menjangkau wilayah sulit. Terutama daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) yang seringkali sulit diakses. Ini akan sangat membantu perluasan cakupan MBG bagi kelompok 3B.
Sinergi Pemerintah dan Dampak Jangka Panjang
Teguh mengemukakan bahwa pemberian MBG tidak bisa terlepas dari edukasi dan perilaku keluarga. Aspek ini krusial untuk menciptakan dampak jangka panjang. Tujuannya adalah mewujudkan generasi Indonesia yang berkualitas dan sehat.
Keterlibatan Kemendukbangga/BKKBN dan pemerintah sangat mendukung program MBG. BKKBN memiliki mandat utama dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional. Urusan keluarga dan perilaku gizi sangat relevan dengan tugas pokok BKKBN.
Urusan stunting juga menjadi isu strategis pembangunan sumber daya manusia. Ini merupakan prioritas utama dalam masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Upaya ini menunjukkan komitmen serius pemerintah.
Pencapaian dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting
Presiden mengapresiasi kinerja kolaborasi berbagai pihak dalam menurunkan prevalensi stunting. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan penurunan signifikan. Prevalensi stunting turun dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.
Penurunan stunting melalui intervensi spesifik, khususnya gizi lewat MBG, perlu dioptimalkan. Fokus utama adalah pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, yaitu usia 0-2 tahun. Periode ini sangat krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk mempercepat distribusi MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD, Kemendukbangga/BKKBN bersinergi dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Kesepakatan meliputi pemadanan data dan pemberdayaan tenaga lapangan. Seperti Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Tim Pendamping Keluarga (TPK).