Hadapi Perang Tarif, LPEI dan KBRI Belanda Luncurkan Panduan Ekspor ke Eropa
LPEI dan KBRI Belanda meluncurkan buku panduan 'Road to Rotterdam' untuk membantu pelaku usaha Indonesia menembus pasar Eropa di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat perang tarif.

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag secara resmi meluncurkan strategi baru untuk mendorong ekspor produk Indonesia ke pasar Eropa. Langkah ini diambil sebagai respon terhadap ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh perang tarif internasional. Peluncuran tersebut ditandai dengan perilisan buku panduan berjudul "Road to Rotterdam", yang bertujuan untuk membantu para pelaku usaha Indonesia memasuki pasar Eropa melalui Belanda.
Inisiatif ini diumumkan pada Kamis di Jakarta oleh Ketua Dewan Direktur merangkap Plt. Direktur Eksekutif LPEI, Sukatmo Padmosukarso. Beliau menjelaskan bahwa buku "Road to Rotterdam" hadir sebagai solusi strategis di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. "Buku ini disusun di tengah urgensi untuk menyesuaikan strategi ekspor," ujar Sukatmo, "sebagaimana kita ketahui, perekonomian global diwarnai ketidakpastian yang semakin tinggi akibat perang tarif. Sehingga, upaya-upaya untuk memperluas pasar ekspor diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar Amerika Serikat (AS). Dalam kaitan ini, Belanda menjadi salah satu pasar yang kita sasar bersama."
Buku tersebut merupakan hasil kolaborasi tim Ekonom LPEI dan Fungsi Ekonomi KBRI Den Haag. Isi buku mencakup kajian mendalam mengenai peluang dan tantangan ekspor ke Belanda, serta karakteristik pasar Belanda sebagai pintu masuk strategis ke pasar Eropa yang lebih luas. Dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, strategi diversifikasi pasar ekspor menjadi sangat penting bagi Indonesia.
Membuka Peluang Pasar Eropa Melalui Belanda
Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, H.E. Mayerfas, memberikan sambutan positif atas kolaborasi antara LPEI dan KBRI Den Haag. Beliau mencatat peningkatan ekspor Indonesia ke Belanda yang mencapai angka double digit pada tahun 2024. Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya peran Pelabuhan Rotterdam, yang menjadi pintu masuk utama bagi sekitar 80 persen ekspor Indonesia ke Eropa.
Mayerfas menambahkan, "Kolaborasi antara LPEI dan KBRI Den Haag dalam penyusunan buku ini diharapkan dapat menjadi referensi praktis dan memperkuat dukungan bagi eksportir untuk lebih berani melangkah ke pasar global, khususnya melalui Belanda sebagai gerbang Eropa." Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mendukung para pelaku usaha dalam menghadapi tantangan global.
Senior Economist LPEI, Donda Sarah Hutabarat, menjelaskan posisi strategis Belanda dalam perdagangan internasional. Belanda merupakan eksportir terbesar ke-4 dan importir terbesar ke-9 di dunia, menjadikan negara ini sebagai mitra dagang yang potensial bagi Indonesia. Beberapa produk unggulan Indonesia seperti pakaian jadi, alas kaki, ban pneumatik, dan produk kimia memiliki peluang besar di pasar Belanda.
Donda juga menyoroti rendahnya risiko, daya beli yang tinggi, dan rating kredit AAA Belanda sebagai faktor pendukung. Pada tahun 2024, nilai ekspor Indonesia ke Belanda mencapai 4,71 miliar dolar AS, meningkat 21,72 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas, termasuk lemak dan minyak hewan/nabati, alas kaki, mesin dan perlengkapan elektrik, besi dan baja, serta kayu dan barang dari kayu.
Strategi Sukses Ekspor ke Belanda
Komoditas utama ekspor Indonesia ke Belanda pada tahun 2024 meliputi lemak dan minyak hewan/nabati (khususnya minyak kelapa dan minyak sawit), produk kimia, alas kaki, bahan kimia organik, dan ampas serta sisa industri makanan. Donda menekankan potensi besar beberapa komoditas Indonesia untuk memasuki pasar Belanda, mendorong eksportir untuk memanfaatkan peluang ini dan mengambil bagian dalam rantai pasok global.
Ketua Umum Indonesia Diaspora SME Export Empowerment & Development (ID SEED), Ira Damayanti, memberikan saran penting bagi UMKM Indonesia yang ingin menembus pasar Eropa. Beliau menyoroti pentingnya memperhatikan aspek standarisasi dan sertifikasi, seperti HaCCP, label organik EU, dan label "gluten free" untuk produk makanan dan minuman kemasan. Memahami tren, permintaan, dan selera konsumen di Eropa, khususnya Belanda, juga sangat krusial.
Ira menambahkan, "Untuk memahami selera konsumen dan produk agar diterima, kita harus mengenalkan produk kita terlebih dahulu ke pasar Belanda dimana terdapat banyak diaspora Indonesia. Belanda dikenal sebagai pintu gerbang masuknya produk Indonesia ke Eropa, dengan banyaknya diaspora Indonesia yang bermukim di Belanda, tentu menjadi peluang besar bagi produk kita untuk menembus pasar Eropa secara lebih luas. Namun, kita juga harus menyiapkan diri dengan standarisasi dan sertifikasi yang sesuai." Buku "Road to Rotterdam" dapat diunduh secara gratis di website Indonesiaeximbank.go.id.
Kesimpulannya, kolaborasi LPEI dan KBRI Belanda dalam menerbitkan buku "Road to Rotterdam" memberikan panduan komprehensif bagi pelaku usaha Indonesia untuk memasuki pasar Eropa melalui Belanda. Dengan memahami tantangan dan peluang pasar, serta memperhatikan aspek standarisasi dan sertifikasi, pelaku usaha Indonesia dapat meningkatkan daya saing produknya di pasar internasional dan mengurangi ketergantungan pada pasar tunggal.