Indonesia Desak Malaysia Usut Penembakan WNI: Nota Diplomatik Dikirim
Pemerintah Indonesia mengirimkan nota diplomatik kepada Malaysia terkait penembakan warga negara Indonesia (WNI) di perairan Tanjung Rhu, Selangor, yang mengakibatkan satu korban meninggal dan empat lainnya luka-luka, serta mendesak investigasi menyeluruh
Tragedi Penembakan WNI di Perairan Malaysia
Insiden penembakan terhadap lima Warga Negara Indonesia (WNI) di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia, pada Jumat (24/1) lalu telah menimbulkan reaksi keras dari pemerintah Indonesia. Satu WNI meninggal dunia, sementara empat lainnya mengalami luka-luka akibat insiden yang diduga melibatkan Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) ini. Kejadian ini telah mendorong Indonesia untuk mengambil langkah diplomatik tegas.
Sebagai respon atas peristiwa tragis tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Juru Bicara Kantor Kepresidenan, Philips Vermont, telah mengkonfirmasi pengiriman nota diplomatik kepada Pemerintah Malaysia. Nota diplomatik tersebut, yang dikirimkan melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, bertujuan untuk meminta penyelidikan menyeluruh dan transparan atas insiden penembakan tersebut.
Langkah diplomatik ini semakin dipertegas oleh pernyataan Menteri Luar Negeri, Sugiono, yang juga telah secara resmi meminta penyelidikan yang mendalam. Pemerintah Indonesia menunggu proses penyelidikan dari pihak Malaysia dengan seksama dan berharap keadilan akan ditegakkan bagi korban dan keluarga mereka.
Investigasi: Peran Malaysia dan Respon Indonesia
Mengenai usulan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar Indonesia membentuk tim investigasi sendiri, Philips Vermont menyatakan bahwa langkah tersebut masih bergantung pada perkembangan investigasi yang dilakukan oleh otoritas Malaysia. Keputusan membentuk tim investigasi independen dari Indonesia akan dipertimbangkan setelah melihat hasil investigasi Malaysia.
KBRI Kuala Lumpur sebelumnya juga telah menyampaikan nota diplomatik kepada pemerintah Malaysia, menekankan pentingnya penyelidikan yang komprehensif, termasuk kemungkinan adanya penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use of force). Komitmen untuk memantau kondisi empat WNI yang masih dirawat di Malaysia juga ditegaskan oleh Kementerian Luar Negeri dan KBRI Kuala Lumpur.
Akses kekonsuleran untuk menemui para korban telah diperoleh KBRI pada Rabu (29/1). Presiden Prabowo Subianto, dalam kesempatan terpisah, menyatakan keyakinannya bahwa aparat penegak hukum Malaysia akan melakukan penyelidikan yang baik dan menyeluruh atas kasus ini.
Presiden juga menyampaikan keyakinan akan komitmen Malaysia untuk melakukan penyelidikan sebaik mungkin. Pernyataan tersebut disampaikan setelah Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri Tahun 2025 di Jakarta.
Kronologi dan Tuntutan Keadilan
Insiden ini bermula ketika APMM, yang bertanggung jawab atas keamanan perairan Malaysia, menembak lima WNI yang sedang berada di atas kapal penumpang di perairan Tanjung Rhu. Akibatnya, satu WNI meninggal dunia dan empat lainnya mengalami luka-luka. Kejadian ini tentunya menimbulkan keprihatinan yang mendalam dan mendorong tuntutan agar pihak berwenang Malaysia bertanggung jawab.
Pemerintah Indonesia akan terus memantau perkembangan investigasi yang dilakukan oleh pihak Malaysia dan berharap agar kasus ini dapat diselesaikan secara adil dan transparan. Keadilan bagi para korban dan keluarga mereka menjadi prioritas utama dalam penanganan kasus ini.