Jemput Bola Deteksi TBC di Jaktim: Upaya Munjirin Tekan Penyebaran Penyakit
Wali Kota Jaktim, Munjirin, luncurkan program jemput bola untuk deteksi dini TBC dan optimalkan Kampung Siaga TBC guna tekan penyebaran penyakit yang telah menginfeksi 2.645 warga Jaktim periode Januari-Maret 2025.

Wali Kota Jakarta Timur (Jaktim), Munjirin, memimpin upaya proaktif dalam mendeteksi dini kasus Tuberkulosis (TBC) di wilayahnya. Langkah 'jemput bola' ini dijalankan untuk menemukan penderita TBC di tengah masyarakat, khususnya di daerah terpencil. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Sudinkes Jaktim, Puskesmas, RT/RW, kelurahan, dan kecamatan.
"Iya, harus kita lakukan jemput bola untuk bisa memacu dan menemukan warga yang terkena TBC," ungkap Munjirin usai Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga Tuberkulosis di Kantor Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur, Jumat. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya TBC dan mendorong pengobatan dini.
Program ini juga menekankan pentingnya peran Kampung Siaga TBC di setiap kelurahan. Kampung Siaga TBC diharapkan menjadi garda terdepan dalam mendeteksi dan menangani kasus TBC di tingkat akar rumput. Partisipasi aktif dari RT, RW, dan aparatur kelurahan sangat krusial dalam keberhasilan program ini.
Optimalkan Kampung Siaga TBC dan Peran Masyarakat
Munjirin menekankan pentingnya mengoptimalkan fungsi Kampung Siaga TBC untuk menekan penyebaran kasus TBC di Jakarta Timur. Upaya ini termasuk menjangkau kawasan terpencil yang mungkin sulit diakses oleh layanan kesehatan konvensional. Kerja sama yang erat antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan program ini.
"Jadi, nanti kita lihat perkembangannya untuk menggugah bersama-sama camat, lurah dan pemangku kepentingan lain agar masyarakat mau peduli soal TBC," ujar mantan Wali Kota Jaksel tersebut. Beliau juga mengakui bahwa tingkat deteksi kasus TBC dapat bervariasi antar kelurahan, bergantung pada kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melaporkan kasus.
Munjirin menjelaskan bahwa tidak ada fokus wilayah tertentu dalam pendeteksian TBC. Jumlah kasus di setiap kelurahan dapat berubah-ubah, dipengaruhi oleh seberapa aktif masyarakat melaporkan kasus yang ada di lingkungannya. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC.
"Pasti itu masing-masing kelurahan ada RW, yang memang ada yang banyak, sedikit. Ini banyak atau enggaknya bisa jadi bisa berubah karena faktor masyarakat yang melaporkan. Siapa tau RW sekarang sedikit deteksinya, eh tau-taunya di dalamnya banyak," jelas Munjirin.
Upaya Pencegahan dan Edukasi Kesehatan
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Herwin Meifendy, menyatakan komitmennya untuk terus menggencarkan upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) TBC kepada masyarakat. Program jemput bola tidak hanya untuk deteksi dini, tetapi juga sebagai sarana edukasi tentang bahaya TBC.
"Mengutamakan adanya pencanangan kampung siaga TBC tentunya untuk menguatkan kepada semua lintas sektor, warga semua untuk peduli mengenai sakit TBC," kata Herwin. Kampung Siaga TBC diharapkan menjadi pusat informasi dan dukungan bagi masyarakat yang terdampak TBC.
Data dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur menunjukkan bahwa sebanyak 2.645 warga Jakarta Timur positif mengidap TBC pada periode Januari hingga Maret 2025. Dari jumlah tersebut, 324 kasus berasal dari anak-anak yang terinfeksi melalui kontak erat dengan anggota keluarga.
Wilayah dengan kasus TBC terbanyak terkonsentrasi di Pulogadung, Ciracas, Cakung, dan Pasar Rebo. Data ini akan menjadi acuan dalam mengalokasikan sumber daya dan strategi intervensi yang lebih terfokus.
Capaian Pengobatan dan Langkah Ke Depan
Berdasarkan catatan Sudin Kesehatan Jakarta Timur tahun 2024, tingkat keberhasilan pengobatan TBC mencapai 65 persen, dengan 2.285 warga dinyatakan sembuh. Angka ini menunjukkan adanya kemajuan dalam penanganan TBC di Jakarta Timur, namun masih perlu ditingkatkan.
Program jemput bola dan penguatan Kampung Siaga TBC diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini, akses pengobatan, dan tingkat kesembuhan pasien TBC di Jakarta Timur. Upaya kolaboratif antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan ini. Dengan demikian, diharapkan angka penderita TBC di Jakarta Timur dapat ditekan secara signifikan.