Kemenag Sultra Gandeng Densus 88 dan FKPT, Perkuat Moderasi Beragama Cegah Radikalisme di Bumi Anoa
Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Tenggara mengambil langkah progresif menggandeng Densus 88 dan FKPT untuk memperkuat moderasi beragama dan cegah radikalisme di wilayahnya. Simak strateginya!

Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Tenggara (Sultra) telah mengambil langkah strategis dalam upaya pencegahan intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Kemenag Sultra secara resmi menggandeng Densus 88 Antiteror serta Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sultra. Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai moderasi beragama di wilayah yang dikenal sebagai Bumi Anoa.
Kepala Kanwil Kemenag Sultra, Muhammad Saleh, menyatakan bahwa pihaknya telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan kedua lembaga tersebut. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) ini dilaksanakan pada Rabu malam, 23 Juli, di Kendari. Langkah ini diharapkan dapat memberikan penguatan signifikan terhadap moderasi beragama di seluruh Sultra.
MoU tersebut menjadi sebuah langkah progresif dan strategis dalam membangun sinergi lintas sektor. Tujuannya adalah menanamkan nilai-nilai cinta dan kedamaian secara lebih mendalam. Fokus utama dari kerja sama ini adalah lingkungan pendidikan dan keagamaan, guna menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan toleran.
Sinergi Lintas Sektor Perkuat Moderasi Beragama
Penandatanganan MoU ini merupakan bentuk nyata implementasi program Asta Protas yang digagas oleh Menteri Agama. Program ini berfokus pada peningkatan kerukunan dan cinta kemanusiaan di seluruh Indonesia. Muhammad Saleh menegaskan bahwa moderasi bukanlah upaya untuk memoderatkan ajaran agama, melainkan penegasan sikap beragama yang adil, seimbang, dan menghargai kemanusiaan.
Menurutnya, moderasi beragama merupakan jalan tengah yang esensial sebagai kunci kerukunan dan keberlangsungan bangsa. Pendidikan keagamaan diharapkan tidak hanya mencetak individu yang cerdas secara kognitif, tetapi juga berkarakter cinta tanah air. Selain itu, mereka harus berjiwa toleran dan mampu hidup harmonis di tengah perbedaan yang ada dalam masyarakat.
Muhammad Saleh menyambut baik kerja sama ini sebagai bagian dari ikhtiar kolektif. Ini merupakan upaya bersama dalam membangun benteng moral dan ideologis yang kuat. Hal ini sangat penting di tengah arus informasi yang begitu deras dan beragam saat ini, demi menjaga stabilitas dan persatuan bangsa.
Integrasi Nilai Moderasi dalam Pendidikan dan Masyarakat
Besar harapan Muhammad Saleh, melalui MoU ini akan lahir program-program konkret dan berkelanjutan. Salah satu fokus utama adalah integrasi nilai-nilai moderasi dalam kurikulum madrasah dan pendidikan agama. Ini akan memastikan bahwa pemahaman tentang moderasi beragama tertanam sejak dini pada generasi muda.
Selain itu, MoU tersebut diharapkan dapat memfasilitasi pelatihan bagi guru dan penyuluh agama. Pelatihan ini akan membekali mereka dengan kemampuan untuk mengampanyekan pesan-pesan damai melalui media sosial. Juga, akan ada pembinaan khusus bagi generasi muda agar mereka tumbuh menjadi individu yang cinta damai dan menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Muhammad Saleh menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini. Ia berharap kemitraan strategis ini dapat menjadi kontribusi nyata. Kontribusi ini penting dalam menjaga Indonesia agar tetap damai, rukun, dan menjunjung tinggi peradaban di masa depan.