Kerja Sama RI-Norwegia Perangi Perubahan Iklim Berlanjut hingga 2030
Indonesia dan Norwegia memperpanjang nota kesepahaman kerja sama iklim dan kehutanan hingga 2030, menandai komitmen kuat kedua negara dalam mengatasi perubahan iklim dan deforestasi.

Indonesia dan Norwegia resmi memperpanjang kerja sama dalam bidang iklim dan kehutanan hingga tahun 2030. Hal ini diumumkan setelah Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni, bertemu dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, di Jakarta pada Rabu, 19 Februari 2025. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan kerja sama yang telah berjalan baik selama ini, khususnya dalam pendanaan berbasis hasil (Result Based Contribution/RBC) untuk mengurangi deforestasi dan melindungi hutan Indonesia.
Kerja sama ini mencakup pendanaan sebesar 216 juta dolar AS (sekitar Rp3,5 triliun) yang telah disalurkan dalam empat tahap. Dana tersebut digunakan untuk berbagai program pelestarian hutan, termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perhutanan sosial. Kedua menteri sepakat bahwa kemitraan ini merupakan salah satu yang paling efektif dalam sektor kehutanan Indonesia.
Perpanjangan MoU ini juga mencakup akses masyarakat terhadap Layanan Dana Masyarakat untuk Lingkungan, yang didanai oleh Norwegia. Program ini memungkinkan masyarakat akar rumput untuk mengajukan proposal proyek yang berfokus pada penanganan perubahan iklim dan pelestarian lingkungan melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).
Kerja Sama yang Berbuah Hasil
Menteri Raja Juli Antoni memberikan apresiasi tinggi atas kerja sama yang telah terjalin dengan Norwegia. Ia menekankan bahwa pendanaan RBC telah dimanfaatkan secara maksimal untuk menjaga hutan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Secara jujur perlu kami sampaikan, saya sampaikan bahwa partnership atau kerja sama dengan Norwegia adalah salah satu kerja sama yang paling baik di sektor kehutanan," ujar Menhut Raja Juli Antoni.
Sementara itu, Menteri Andreas Bjelland Eriksen juga menyampaikan kebanggaannya atas kerja sama yang telah terjalin selama 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Ia memuji keberhasilan kerja sama tersebut dalam menurunkan angka deforestasi dan berkontribusi terhadap pencapaian target FOLU Net Sink 2030. Target ini bertujuan untuk memastikan penyerapan karbon di sektor kehutanan dan penggunaan lahan lebih besar daripada emisi yang dihasilkan pada tahun 2030.
Perpanjangan MoU ini menjadi bukti nyata komitmen kedua negara dalam mengatasi perubahan iklim dan melindungi lingkungan. Kerja sama ini diharapkan dapat terus memberikan dampak positif bagi Indonesia dan dunia dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup.
"Saya sangat bangga berada di sini hari ini bersama dengan Menteri Raja Juli Antoni untuk mengumumkan perpanjangan kerja sama kami dan nota kesepahaman hingga 2030," tutur Menteri Andreas Bjelland Eriksen. Ia menambahkan bahwa MoU tersebut merupakan bentuk komitmen kuat kedua negara untuk menangani perubahan iklim dan melindungi alam.
Rincian Pendanaan dan Program
- Pendanaan RBC: 216 juta dolar AS (sekitar Rp3,5 triliun) telah disalurkan dalam empat tahap.
- Penggunaan Dana: Pemeliharaan hutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perhutanan sosial, dan program-program lainnya yang mendukung pelestarian lingkungan.
- Layanan Dana Masyarakat untuk Lingkungan: Membuka akses bagi masyarakat akar rumput untuk berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.
Dengan perpanjangan MoU ini, diharapkan kerja sama Indonesia-Norwegia akan semakin memperkuat upaya global dalam mengatasi perubahan iklim dan mencapai target pembangunan berkelanjutan.