Norwegia Tertarik Dukung Perdagangan Karbon Indonesia: Kerja Sama Iklim dan Investasi Menguat
Pemerintah Norwegia menyatakan ketertarikannya untuk mendukung pengembangan perdagangan karbon dan investasi di Indonesia, melanjutkan kerja sama iklim yang telah terjalin.

Jakarta, 19 Februari 2024 - Indonesia dan Norwegia semakin memperkuat kerja sama dalam bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim. Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH)/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Diaz Hendropriyono, mengumumkan bahwa Pemerintah Norwegia menunjukkan minat besar untuk mendukung perkembangan perdagangan karbon di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan usai pertemuan Wamen LH Diaz dengan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, di Jakarta.
Pertemuan tersebut membahas berbagai peluang kerja sama, termasuk pengembangan perdagangan karbon dan investasi di sektor pengelolaan sampah. Wamen LH Diaz menekankan bahwa Norwegia tertarik untuk berinvestasi dalam pengembangan perdagangan karbon di Indonesia, serta berinvestasi di bidang pengelolaan sampah ('waste management'). Hal ini menunjukkan komitmen kuat Norwegia dalam mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kerja sama Indonesia-Norwegia dalam bidang perubahan iklim telah berlangsung lama, dibuktikan dengan program Pendanaan Berbasis Kontribusi (Result Based Contribution/RBC) yang kini telah memasuki tahap keempat (RBC-4). RBC-4 menandai pembayaran pendanaan sebesar 60 juta dolar AS kepada Indonesia atas keberhasilannya dalam mengurangi emisi gas rumah kaca pada periode 2019-2020. Pembayaran ini didasarkan pada dokumen Measurement, Reporting, and Verification (MRV) yang diajukan Indonesia pada tahun 2023.
Kerja Sama RBC dan Rencana Investasi
Indonesia telah menerima pendanaan dari Norwegia melalui program RBC sebelumnya, dengan total mencapai 156 juta dolar AS untuk pengurangan emisi pada periode 2016-2019. Wamen LH Diaz mengungkapkan bahwa Indonesia dan Norwegia akan merancang rencana investasi untuk RBC kelima. Ia juga menjelaskan bahwa skema pendanaan untuk perdagangan karbon, yang dimulai setelah tahun 2021, dapat berupa investasi langsung atau kombinasi investasi dan skema lain.
Program RBC merupakan bukti nyata komitmen Norwegia dalam mendukung upaya Indonesia dalam mengurangi emisi. Kerja sama ini tidak hanya berfokus pada pendanaan, tetapi juga mencakup pengembangan kapasitas dan transfer teknologi yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi.
Wamen LH Diaz juga menjelaskan bahwa rencana investasi untuk RBC kelima akan dibahas lebih lanjut dengan pihak Norwegia. Hal ini menunjukkan bahwa kedua negara berkomitmen untuk melanjutkan dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan ini.
Perdagangan Karbon Internasional dan Target Pengurangan Emisi
Indonesia telah meluncurkan perdagangan karbon internasional pada Januari 2024 sebagai bagian dari upaya untuk mencapai target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) nasional. Target pengurangan emisi hingga 2030 adalah 31,89 persen dengan upaya sendiri, dan 43,2 persen dengan dukungan internasional, sebagaimana tertuang dalam dokumen Enhanced NDC.
Peluncuran perdagangan karbon internasional ini merupakan langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk mengurangi emisi GRK dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Dukungan dari negara-negara seperti Norwegia akan sangat penting untuk keberhasilan program ini.
Kerja sama dalam pengelolaan sampah dan limbah juga menjadi fokus utama. Wamen LH Diaz menekankan pentingnya kolaborasi ini agar sesuai dengan Perjanjian Paris, yaitu kerja sama internasional untuk mengurangi emisi GRK. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk menerapkan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, kerja sama antara Indonesia dan Norwegia dalam bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim semakin menguat. Dukungan Norwegia terhadap perdagangan karbon dan investasi di Indonesia akan sangat penting bagi upaya Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi dan pembangunan berkelanjutan.