Legislator Desak Kemenperin Tunjukkan Langkah Nyata Atasi Tekanan Ekonomi
Anggota DPR Komisi VII, Novita Hardini, mendesak Kemenperin segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi tekanan ekonomi yang memburuk, di tengah pelemahan rupiah dan ancaman resesi.

Jakarta, 29 April 2024 - Anggota DPR RI Komisi VII, Novita Hardini, mendesak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk segera mengambil langkah-langkah nyata dan terukur dalam menghadapi tekanan ekonomi yang semakin menghimpit Indonesia. Kondisi ekonomi yang memburuk ditandai dengan pelemahan nilai tukar rupiah, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bahkan memicu trading halt, serta lesunya pasar tenaga kerja. Kekhawatiran publik pun semakin meluas, terlebih dengan prediksi pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi.
Hasil survei LPEM FEB UI menunjukkan bahwa 55 persen ahli menilai kondisi ekonomi Indonesia memburuk. Situasi ini, menurut Novita, menuntut Kemenperin untuk berperan sebagai garda terdepan dalam menghadapi tantangan ini. "Di tengah situasi global yang tidak menentu dan tekanan ekonomi dari dalam negeri, Kemenperin harus tampil sebagai garda depan. Kita tidak bisa hanya duduk menunggu. Perlu langkah-langkah cepat, progresif, dan menyentuh langsung kebutuhan industri dalam negeri," tegas Novita dalam Rapat Kerja Komisi VII DPR RI bersama Kemenperin di Senayan, Selasa.
Novita, legislator dari daerah pemilihan (dapil) 7 Jawa Timur, menekankan perlunya strategi yang komprehensif dan berorientasi jangka panjang. Ia menyoroti berbagai tantangan, baik eksternal maupun internal. Tantangan eksternal meliputi ketidakstabilan geopolitik dan dampak kebijakan ekonomi global, sementara tantangan internal mencakup beban utang negara, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tekanan kurs, dan meningkatnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Langkah Konkret Kemenperin yang Diharapkan
Novita menjabarkan beberapa langkah konkret yang diharapkan dari Kemenperin. Pertama, stimulus fiskal yang tepat sasaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, penguatan industri manufaktur nasional melalui berbagai program pendukung. Ketiga, percepatan transformasi digital untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing industri. Keempat, keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam yang diiringi dengan penguatan ketahanan pangan dan energi.
Legislator asal Trenggalek ini juga menyoroti pentingnya keberpihakan pada industri dalam negeri. "Kita butuh stimulus fiskal yang tepat sasaran, penguatan industri manufaktur, dan percepatan transformasi digital. Hilirisasi sumber daya alam jangan berhenti, tetapi juga harus diiringi dengan penguatan ketahanan pangan dan energi," ujarnya. Ia menambahkan perlunya penertiban praktik-praktik nakal investor asing, seperti ketidakpatuhan dalam membayar pajak, serta penyederhanaan birokrasi perizinan untuk mempermudah pelaku usaha lokal.
Novita menekankan bahwa Kemenperin tidak hanya boleh berfokus pada angka-angka makro, tetapi juga harus turun langsung ke lapangan untuk mengatasi permasalahan di akar rumput. "Kalau Kemenperin hanya berfokus pada angka makro tanpa sentuhan langsung ke akar persoalan, kita akan terus tertinggal. Target pertumbuhan ekonomi 8 persen tidak akan tercapai tanpa industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan. Keberpihakan pada industri lokal dan ketegasan regulasi adalah kunci menuju pemulihan ekonomi yang adil dan berdaya saing." tuturnya.
Secara keseluruhan, pernyataan Novita Hardini mewakili keprihatinan banyak pihak terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini dan menyerukan perlunya langkah-langkah konkret dan terukur dari pemerintah, khususnya Kemenperin, untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan.
Tantangan Ekonomi Indonesia:
- Pelemahan Rupiah
- Penurunan IHSG
- Lesunya Pasar Tenaga Kerja
- Prediksi Kontraksi Pertumbuhan Ekonomi
- Beban Utang Negara
- Defisit APBN
- Tekanan Kurs
- Meningkatnya PHK
- Deflasi