MoU Kemnaker-BGN: Makan Bergizi Gratis Serap 1,5 Juta Lapangan Kerja
Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Gizi Nasional sepakat berkolaborasi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berpotensi menyerap 1,5 juta tenaga kerja baru.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Badan Gizi Nasional (BGN) resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Selasa, 15 April 2024, di Jakarta. MoU ini bertujuan untuk mensinergikan program ketenagakerjaan dalam rangka mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah program prioritas pemerintah. Kerja sama ini diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para ibu rumah tangga.
Penandatanganan MoU ini menandai komitmen kuat kedua lembaga dalam mendukung keberhasilan MBG. Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menyatakan kesiapan Kemnaker untuk mendukung penuh program MBG karena potensi penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. Program ini diyakini akan memberikan dampak positif signifikan terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Kemnaker memiliki berbagai fasilitas pelatihan seperti Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP), Balai Pengembangan Kesempatan dan Perluasan Kerja (BPPK), dan Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas yang akan dioptimalkan untuk mendukung program MBG. Fasilitas ini akan difungsikan sebagai pusat edukasi bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan pelatihan bagi para tenaga kerja yang terlibat.
Potensi Penyerapan Tenaga Kerja yang Masif
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa MBG merupakan program investasi sumber daya manusia (SDM) terbesar pemerintah. Program ini membutuhkan dukungan tenaga kerja yang masif untuk mencapai target 30.000 SPPG di seluruh Indonesia. Dengan setiap SPPG membutuhkan sekitar 50 orang tenaga kerja, MBG diperkirakan mampu menyerap atau menciptakan 1,5 juta lapangan pekerjaan langsung di sektor penyediaan makanan bergizi.
"Setiap SPPG itu ada tiga pegawai badan fungsional yakni kepala satuan pelayanan (satpel) pemenuhan gizi, ahli gizi dan ahli akuntansi serta para relawan bertugas memasak, memotong, membersihkan dengan total yang bekerja langsung 50 orang," jelas Dadan.
Hingga April 2025, sudah ada 1.072 SPPG yang beroperasi, yang berarti telah menyerap 53.600 tenaga kerja. Dadan juga menambahkan bahwa program ini memberikan dampak positif bagi ibu rumah tangga, dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp2 juta per bulan.
"Dampak MBG ini banyak ibu rumah tangga (40-45 tahun) yang sebelumnya tak berpenghasilan kini bisa memperoleh gaji Rp2juta per bulan dengan bekerja di SPPG," kata dia.
Peluang Usaha Baru di Sektor Pangan
Selain penyerapan tenaga kerja langsung, MBG juga berpotensi menciptakan 15 wirausaha baru di sektor pangan untuk setiap SPPG. Para wirausaha ini akan berperan sebagai pemasok bahan makanan, seperti daging, telur, buah-buahan, sayuran, tepung, susu, serta pengelola minyak jelantah dan limbah organik. Hal ini menunjukkan dampak positif MBG tidak hanya pada penyerapan tenaga kerja, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi di sektor UMKM.
Kemnaker berkomitmen untuk memastikan tenaga kerja yang terlibat dalam MBG memiliki kompetensi yang memadai melalui pelatihan dan sertifikasi. Dengan demikian, program MBG diharapkan dapat berjalan sukses dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat. Sinergi antara Kemnaker dan BGN ini diharapkan dapat memperkuat agenda pembangunan ketenagakerjaan yang inklusif dan responsif terhadap isu gizi, serta mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat, produktif, dan kompetitif.
Program MBG tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.