Pefindo Proyeksi Penerbitan Surat Utang Korporasi Rp143,9 Triliun di 2025
Pefindo memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp143,91 triliun di 2025, didorong kebutuhan refinancing, pertumbuhan ekonomi, suku bunga rendah, dan likuiditas perbankan, namun diimbangi risiko geopolitik dan fluktuasi nilai tukar.
![Pefindo Proyeksi Penerbitan Surat Utang Korporasi Rp143,9 Triliun di 2025](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191705.396-pefindo-proyeksi-penerbitan-surat-utang-korporasi-rp1439-triliun-di-2025-1.jpeg)
Jakarta, 11 Februari 2025 - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan angka penerbitan surat utang korporasi baru akan mencapai kisaran Rp139,29 triliun hingga Rp155,43 triliun di tahun 2025, dengan titik tengah di angka Rp143,91 triliun. Proyeksi ini disampaikan oleh ekonom Pefindo, Suhindarto, dalam konferensi pers di Jakarta.
Faktor Pendukung Penerbitan Surat Utang
Suhindarto menjelaskan beberapa faktor kunci yang mendorong proyeksi tersebut. Pertama, kebutuhan refinancing di tahun 2025 diperkirakan tinggi. Nilai surat utang yang jatuh tempo pada akhir 2024 mencapai Rp161,21 triliun, meningkat signifikan dibandingkan Rp150 triliun di akhir 2023. Hal ini disebabkan maraknya penerbitan surat utang bertenor pendek pada tahun sebelumnya.
Kedua, sektor riil dan pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi menguat pada 2025. Kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif, ditandai dengan defisit anggaran yang lebih besar dan inflasi terkendali, menjadi katalis utama pertumbuhan ini. Suhindarto menekankan peran penting kebijakan pemerintah dalam mendorong optimisme pasar.
Ketiga, suku bunga acuan yang lebih rendah dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter juga berperan penting. Pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) di Januari 2025, dan proyeksi pelonggaran lebih lanjut, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerbitan surat utang.
Keempat, pengetatan likuiditas lembaga keuangan di tengah potensi peningkatan bisnis mendorong perusahaan mencari alternatif pendanaan jangka panjang, seperti obligasi korporasi, sebagai alternatif pinjaman perbankan.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun prospeknya positif, Suhindarto juga menyoroti beberapa tantangan. Risiko geopolitik yang tinggi diprediksi akan meningkatkan volatilitas pasar dan berpotensi meningkatkan permintaan penerbitan surat utang.
Fluktuasi nilai tukar juga menjadi perhatian. Pelonggaran moneter di Amerika Serikat (AS) yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, dapat memicu arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia, dan meningkatkan ketidakpastian nilai tukar Rupiah.
Persaingan dengan instrumen investasi lain seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang dianggap lebih aman, juga dapat mengurangi penyerapan obligasi korporasi.
Kesimpulan
Pefindo memproyeksikan pertumbuhan signifikan dalam penerbitan surat utang korporasi di tahun 2025. Meskipun didukung oleh faktor-faktor positif seperti pertumbuhan ekonomi dan suku bunga rendah, risiko geopolitik dan fluktuasi nilai tukar tetap menjadi tantangan yang perlu diwaspadai. Perlu diingat bahwa angka proyeksi ini merupakan estimasi dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan ekonomi dan politik global.
Data penerbitan surat utang korporasi sepanjang tahun 2024 yang mencapai Rp149,7 triliun menunjukkan aktivitas pasar yang cukup tinggi. Proyeksi untuk 2025 menunjukkan tren positif berkelanjutan, namun tetap penting untuk memantau perkembangan ekonomi makro dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pasar surat utang.