Pemprov DKI Jakarta Targetkan Penambahan Pabrik Pengolah Sampah RDF
Wagub DKI Jakarta, Rano Karno, mengungkapkan rencana penambahan pabrik pengolah sampah RDF untuk mengatasi masalah sampah di Jakarta yang mencapai 8.000 ton per hari.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menambah pabrik pengolah sampah menjadi bahan bakar atau Refuse Derived Fuel (RDF) Plant. Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, sebagai upaya meningkatkan pengelolaan sampah di Jakarta yang mencapai angka signifikan setiap harinya. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu, 23 Februari, di Jakarta.
Menurut Wagub Rano Karno, rencana penambahan pabrik RDF ini merupakan masukan dari tim transisi dan akan dibahas lebih lanjut dengan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Beliau menekankan bahwa Gubernur lebih memahami detail permasalahan sampah di Jakarta. Masalah sampah di Jakarta memang telah lama menjadi tantangan, terutama karena keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir sampah.
Meskipun telah ada kerja sama dengan Bekasi untuk pembuangan sampah, Wagub Rano Karno menyoroti bahwa kapasitas Bekasi juga akan terbatas. Oleh karena itu, solusi jangka panjang berupa penambahan fasilitas pengolahan sampah menjadi sangat krusial.
Solusi Pengelolaan Sampah DKI Jakarta
Saat ini, DKI Jakarta telah memiliki teknologi pengolahan sampah menjadi listrik melalui Intermediate Treatment Facility (ITF) di empat lokasi: Sunter, Marunda, Cakung, dan Duri Kosambi. ITF mampu mereduksi sampah hingga 80-90 persen. Namun, kapasitasnya masih belum cukup untuk mengatasi total produksi sampah Jakarta.
Selain ITF, terdapat pula RDF Plant di Rorotan, Jakarta Utara, yang mampu mengolah 2.500 ton sampah per hari menjadi bahan bakar alternatif. Namun, produksi sampah Jakarta mencapai 8.000 ton per hari, sehingga sebagian besar sampah masih dikirim ke Bantar Gebang, Bekasi.
Wagub Rano Karno menegaskan bahwa penambahan RDF Plant menjadi solusi utama untuk mengatasi permasalahan sampah yang terus meningkat. Pemprov DKI Jakarta menyadari pentingnya mengambil keputusan yang tepat dan berani dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah ini.
Tantangan dan Solusi Jangka Panjang
Tingginya produksi sampah di Jakarta, yang mencapai 8.000 ton per hari, menjadi tantangan besar bagi Pemprov DKI Jakarta. Dengan kapasitas RDF Plant Rorotan hanya 2.500 ton per hari, sisa sampah masih harus dibuang ke Bantar Gebang, Bekasi. Hal ini menimbulkan beban yang semakin besar bagi Bekasi di masa mendatang.
Oleh karena itu, penambahan RDF Plant menjadi solusi yang dianggap paling efektif untuk mengurangi beban pembuangan sampah ke Bantar Gebang dan mengolah sampah menjadi sumber daya yang lebih bermanfaat. Pemprov DKI Jakarta perlu mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk teknologi, lingkungan, dan anggaran, dalam merencanakan penambahan fasilitas pengolahan sampah ini.
Pemprov DKI Jakarta juga perlu mempertimbangkan strategi edukasi dan pengelolaan sampah dari sumbernya untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Dengan pendekatan terpadu yang melibatkan teknologi, kebijakan, dan partisipasi masyarakat, diharapkan pengelolaan sampah di Jakarta dapat menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
Dengan adanya rencana penambahan RDF Plant, diharapkan masalah sampah di Jakarta dapat teratasi secara lebih optimal. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Pemprov DKI Jakarta untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi warganya. Namun, keberhasilan rencana ini juga bergantung pada perencanaan yang matang dan kolaborasi yang baik dengan berbagai pihak terkait.