Stok Darah di Lebak Menipis Jelang Lebaran: PMI Cari Pendonor Ekstra
Menjelang Lebaran 2025, stok darah di UTD-PMI Lebak, Banten, menipis drastis, terutama golongan A dan AB, sehingga PMI berupaya mencari pendonor tambahan.

Kabupaten Lebak, Banten, menghadapi tantangan serius menjelang Lebaran 1446 Hijriah atau 2025 Masehi. Stok darah di Unit Transfusi Darah-Palang Merah Indonesia (UTD-PMI) Kabupaten Lebak menipis, terutama untuk golongan darah A dan AB. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah pendonor selama bulan Ramadhan. Permintaan darah yang tinggi dari RSUD Adjidarmo Rangkasbitung, yang mencapai 30 kantong per hari, semakin memperparah kondisi ini.
Direktur UTD PMI Kabupaten Lebak, dr. Firman Rahmatullah, mengungkapkan kekhawatirannya terkait stok darah yang terbatas. Jumlah stok darah yang tersedia hanya 494 kantong, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien. Golongan darah A hanya memiliki 45 kantong dan golongan AB 32 kantong, kondisi yang dikategorikan sangat kritis. Sementara itu, golongan darah B memiliki 119 kantong dan golongan O sebanyak 298 kantong, yang relatif masih mencukupi kebutuhan.
Kekurangan stok darah ini berdampak langsung pada pengobatan pasien di RSUD Adjidarmo Rangkasbitung. Untuk mengatasi krisis ini, UTD PMI Lebak mengambil langkah-langkah strategis, termasuk mencari pendonor di luar daerah, seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Langkah ini terpaksa diambil karena jumlah pendonor sukarela dari wilayah Kabupaten Lebak masih relatif sedikit.
Upaya Maksimal PMI Lebak Hadapi Krisis Darah
Minimnya pendonor sukarela memaksa UTD PMI Lebak untuk mengandalkan pendonor pengganti dari keluarga pasien. "Kami satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan darah itu melalui pengganti pendonor dari keluarga, terlebih pasien gawat darurat," jelas dr. Firman. Sistem ini tentu saja memiliki keterbatasan dan tidak ideal dalam jangka panjang. Langkah ini diambil sebagai upaya darurat untuk menyelamatkan nyawa pasien yang membutuhkan transfusi darah segera.
Salah satu contohnya adalah Sukri (50), seorang warga yang terpaksa menjadi pendonor pengganti untuk adiknya yang menderita demam berdarah dengue (DBD). Adik Sukri membutuhkan darah golongan A, dan beruntung Sukri memiliki golongan darah yang sama sehingga dapat membantu.
"Kami berharap darah dua kantong itu lekas sembuh penyakit adiknya," ujar Sukri, menggambarkan keprihatinan dan harapannya atas kondisi adiknya. Kisah Sukri ini menggambarkan betapa pentingnya ketersediaan darah dan bagaimana masyarakat turut berpartisipasi dalam mengatasi krisis ini.
Imbauan untuk Masyarakat Lebak
UTD PMI Lebak mengimbau masyarakat untuk lebih aktif mendonorkan darahnya. Dengan mendonorkan darah, masyarakat tidak hanya membantu sesama, tetapi juga turut serta dalam menjaga ketersediaan darah di daerah, khususnya menjelang Lebaran. Donasi darah merupakan tindakan kemanusiaan yang sangat berharga dan dapat menyelamatkan nyawa.
Meskipun stok golongan darah B dan O masih mencukupi, UTD PMI Lebak tetap mengimbau agar masyarakat tidak menunggu hingga stok darah menipis untuk mendonorkan darah. Ketersediaan darah yang stabil sangat penting untuk memastikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat.
Langkah-langkah yang diambil oleh UTD PMI Lebak menunjukkan betapa seriusnya situasi ini. Semoga upaya-upaya yang dilakukan dapat mengatasi kekurangan stok darah dan memastikan ketersediaan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien selama Lebaran dan seterusnya.
Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya donor darah secara rutin juga perlu ditingkatkan. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk secara sukarela mendonorkan darahnya dan membantu mengatasi krisis darah di masa mendatang.